Thursday, May 28, 2009

A Big Hope

when the wind blows smooth, we can't see but just feel it. Therefore we must thank to GOD at this m'ning for his kindness so we still can feel it blows.





A Big Hope



permulaan yang indah

permulaan yang manis

berharap akan terus begitu

proses awal pendekatan yang indah

proses awal pendekatan yang manis

berharap akan terus begitu

apakah tujuan akhir indah?

apakah tujuan akhir manis?

entahlah

berharap akan seperti itu

Senyumlah..........


Barusan mv mo searching blog temen, eh g tahunya nyasar ke milis temen, trus nemu artikel seru and inspiratif. Gak ada salahnya khan mv forward ke teman2 yg lain. Smoga bermanfaat dan happy Reading..........

Smile........
SENYUMLAH...

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau
warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk
dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya.
Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat
inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh
siswa diminta untuk pergi keluar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang
asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap
siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas. Saya adalah seorang yang
periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya
pikir, tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu
saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi ke restoran
McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan
kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta
agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih
kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang
di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri di
belakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa
mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan
kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang
lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama
sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih
pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" ke arah
saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih
sayang. Ia menatap ke arah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima
'kehadirannya' di tempat itu.

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa
koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan
saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan
oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh
berdiri di belakang temannya.

Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan
lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin
setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya
bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai di depan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan,
saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru
segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul
hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan di restoran
disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang
harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan
badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa
saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh
terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka...

Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di
restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua
'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga
kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan
dua paket makan pagi (di luar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di
counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami
dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut
ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya
letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya
di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya
berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah
berkaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata
"Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian,Tuhan juga berada di
sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan
makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki
kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki
itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka
dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk
mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil
tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu
menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan
anak2ku!"

Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur
dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan
'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat
membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan
restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri
meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami. Salah satu di
antaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah
memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu
saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu
contohkan tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak
meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat ke arah kedua lelaki itu, dan
seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh ke
arah kami sambil tersenyum, lalu melambai2kan tangannya ke arah kami. Dalam
perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap
kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir
oleh saya.

Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu
sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini di tangan
saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya,
sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat
kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang
lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan
paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita
sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki
sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang
kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung,
sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang di dekat saya di antaranya
datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Di akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan
mengutip salah satu kalimat yang saya tulis di akhir paper saya. "Tersenyumlah
dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang
ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh
orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa
yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus
dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah
manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para
pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini
diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN
MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI
HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita
ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda,
agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa
berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran
tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu,
tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi
dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan
banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang
yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan
memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan
makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa
mendapatkannya.

Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua
yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena
engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari
pengalaman dirimu sendiri