Monday, October 5, 2009

Pemuda Impian (chapter 2)




MUSH’AB BIN UMAIR

Ringkasan sebelumnya........
Mush’ab bin Umair, seorang remaja Quraisy terkemuka, seorang yang paling ganteng, tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan. Ia tertarik dengan ajaran agama yang dianut Rasulullah dan pengikutnya, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk memeluk agama islam. Keputusunnya ini ditentang keras oleh ibunya. ------------------------------
Berdirilah Mush’ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Mekah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Alqur’an yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.
Ketika sang ibu hendak membungkam mulut puteranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai- demi melihat nur atau cahaya yang membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan patut di indahkan- menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan.
Karena rasa keibuannya, ibunda Mush’ab terhindar memukul dan menyakiti puteranya, tetapi tidak dapat menahan diri dari tuntutan bela berhala-berhalanya dengan jalan lain dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil dirumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya amat rapat.
Demikianlah beberapa lama Mush’ab tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mush’ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habsyi melindungkan diri. Ia tinggal disana besama saudara-saudaranya kaum Muhajirin, lalu pulang ke Mekah. Kemudian ia pegi lagi hijrah kedua kalinya bersama para sahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.
Baik di Habsyi ataupun di Mekah, ujian dan penderitaan yang harus dilalui Mush’ab di tiap saat dan tempat kian meningkat. Ia telah selesai dan berhasil menempa corak kehidupannya menurut pola yang modelnya telah dicontohkan Muhammad saw. Ia merasa puas bahwa kehidupannya telah layak untuk dipersembahkan bagi pengorbanan terhadap Penciptanya Yang Maha Tinggi, Rabb-nya Yang Maha Akbar.....
Pada suatu hari ia tampil dihadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah saw. Demi memandang Mush’ab mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush’ab memakai jubah usang yang betambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka- pakaiannya sebelum masuk islam- tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi.Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia, seraya bersabda:
”Dahulu saya lihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasulnya”.
Semenjak ibunya merasa putu asa untuk mengembalikan Mush’ab kepada agama yang lama, ia telah menghentikan segala pemberian yang biasa dilimpahkan kepadanya, bahkan ia tak sudi nasinya dimakan orang yang telah mengingkari berhala dan patut berolah kutukan daripadanya, walau anak kandungnya sendiri.
Akhir pertemuan Mush’ab dengan ibunya, ketika perempuan itu hendak mencoba mengurungnya lagi sewaktu ia pulang dari Habsyi. Ia pun besumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang-orang suruhan ibunya bila rencana itu dilakukan. Karena sang ibu telah mengetahui kebulatan tekad puteranya yang telah mengambil satu keputusan, tak ada jalan lain baginya kecuali melepasnya dengan cucuran air mata, sementara Mush’ab mengucapkan selamat berpisah dengan menangis pula.
Saat perpisahan itu menggambarkan kepada kita kegigihan luar biasa dalam kekafiran pihak ibu, sebaliknya kebulatan tekad yang lebih besar dalam mempertahankan keimanan dari pihak anak. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah sambil bekata :
”Pegilah sesuka hatimu! aku bukan ibumu lagi”. Maka Mush’ab pun menghampiri ibunya sambil bekata : ” Wahai bunda! Telah anakanda sampaikan nasihat kepada bunda, dan anakanda menaruh kasihan kepada bunda. Karena itu saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya”.
Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut : ”Demi bintang! Sekali-kali aku takkan masuk kedalam Agamamu itu. Otakku bisa jadi rusak, dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lagi”.

Demikian Mush’ab meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda ganteng dan perlente itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar.
Tapi jiwanya yang telah dihiasi dengan Aqidah suci dan cemerlang berkat sepuhan Nur Ilahi, telah merubah dirinya menjadi seorang manusia lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani.........
***

Pemuda Impian (chapter 1)



DUTA ISLAM YANG PERTAMA
(Mush’ab Bin Umair)

Mush’ab bin Umair, adalah duta Islam yang pertama. Beliau dipilih oleh Rasulullah saw untuk melakukan tugas maha penting, menjadi duta Rasul ke Madinah untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbai’at kepada Rasulullah saw di bukit Aqabah. Di samping itu, ia pun mengajak orang lain untuk menganut agama Allah, serta mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut Hijratur Rasul sebagai peristiwa besar.

Mush’ab bin Umair salah seorang di antara para sahabat Nabi. Alangkah baiknya jika kita memulai kisah dengan peribadinya: Seorang remaja Quraisy terkemuka, seorang yang paling ganteng dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan.
Para muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangat kemudaanya dengan kalimat: ”Seorang warga kota Mekah yang mempunyai nama paling harum”.
Ia lahir dan di besarkan dalam lingkungannya. Mungkin tak seorangpun di antara anak-anak muda Mekah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya demikian rupa sebagaimana yang dialami Mush’ab bin Umair.
Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah bibir gadis-gadis Mekah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat sedemikian rupa hingga menjadi buah ceritera tentang keimanan, menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan?
Sungguh, suatu riwayat penuh pesona, riwayat Mush’ab bin Umair atau ”Mush’ab yang baik”, sebagaimana biasa digelarkan oleh kaum Muslimin. Ia salah satu di antara pribadi-pribadi muslimin yang ditempa oleh islam dan dididik oleh Muhamma saw.
Tetapi corak pribadi manakah......?
Sungguh, kisah hidupnya menjadi kebanggaan bagi kemanusiaan umumnya.
Suatu hari anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas dikalangan warga Mekah mengenai Muhammad al-amin...Muhammad saw, yang mengatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai da’i yang mengajak umat beribadat kepada Allah Yang Maha Esa.
Sementara perhatian warga Mekah terpusat pada berita itu, dan tiada yang menjadi buah pemmbicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah saw,. Serta agama yang dibawanya,maka anak muda yang manja ini paling banyak mendengar berita itu. Karena walaupun usianya masih belia, tetapi ia menjadi bunga majlis tempat-tempat pertemuan yang selalu diharapkan kehadirannya oleh para anggota dan teman-temannya. Gayanya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair, menjadi daya pemikat dan pembuka jalan pemecahan masalah
Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersam pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.
Keraguannya tiada berjalan lama, hanya sebentar waktu ia menunggu, maka pada suatu senja didorong oleh kerinduannya pergilah ia kerumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullahsaw.sering berkumpul dengan para sahabatnya, tempat mengajarkan ayat-ayat Al-Quran dan membawa mereka shalat beribadat kepada Allah yang maha Akhbar.
Baru saja Mush’ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat AlQuran mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ketelinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush’ab pun terpesona Oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran pada kalbunya.
Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan serasa terbang ia karena gembira. Tetapi, Rasulullah mengulurkan tangannya yang penuh berkat dan kasih sayang dan mengurut dada pemuda yang sedang panas bergejolak, hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuk hati yang tenang dan damai, tak obah bagai lautan yang teduh dalam.Pemuda yang telah Islam dan Iman itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas—berlipat ganda dari ukuran usianya—dan mempunyai kepekatan hati yang mampu merubah jalan sejarah...!
Khunas binti Malik yakni ibunda Mush’ab, seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat. Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti.
Ketika Mush’ab menganut Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dihawatirkannya selain ibunya sendiri, bahkan walau seluruh penduduk Mekah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush’ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya bagi Mush’ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah. Demikianlah ia senantiasa bolak-balik kerumah Arqam menghadiri majlis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.
Tetapi di kota Mekah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran dimana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak.
Kebetulan seorang yang bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush’ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihat pula ia shalat seperti Muhammad saw. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush’ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.


Tobe continued............

(Untukmu Teman – Brothers)

BIARLAH KU KEMBALIKAN CINTA INI PADA-NYA


Di sini kita pernah bertemu, mencari warna seindah pelangi.
Ketika kau mengulurkan tanganmu, membawaku kedaerah yang baru
Hidupku kini ceria……….

Kini dengarkanlah, dendangan lagu tanda ingatanku,
kepadamu teman
Agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu
Kenangan bersamamu, tak akan kulupa walau badai datang melanda
Walau bercerai jasad dan nyawa………

Mengapa kita di temukan dan akhirnya kita dipisahkan
Mungkinkah menguji kesetiaan, kejujuran dan kemanisan iman
Tuhan berikan daku kekuatan……….

Kini dengarkanalah, dendangan lagu tanda ingatanku,
kepadamu teman
Agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu

Mungkinkah kita terlupa, Tuhan ada janjinya
Bertemu berpisah kita adalah rahmat dan kasihNya
Andai ini ujian, terangilah, kamar kesabaran
Pergilah gelita…..hadirlah cahaya…..

Kini dengarkanlah, dendangan lagu tanda ingatanku (selamanya),
kepadamu teman
Agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu
Tuk selamanya………….


Untukmu teman:
Pertemuan kita disuatu hari, menitikan ukhuwah yang sejati, bersyukur kehadirat Ilahi diatas jalinan yang suci…..

Teman………
Betapa pilunya hati ini, menghadapi perpisahan (sementara) ini, pahit manis perjuangan telah kita rasa bersama, semoga ALLAH meridhoi persahabatan dan perpisahan (sementara) ini………
Teruskan perjuangan……………

Selamat…….bagi yang…….



Selamat…….bagi yang…….

Selamat berjuang bagi yang akan menempuh Final exam
Selamat berusaha bagi yang sedang menyelesaikan thesis
Selamat bertetirah bagi yang sedang mencari inspirasi.
Selamat bersiap-siap bagi yang akan viva
Selamat bahagia bagi yang sudah lulus dan akan convocation.
Selamat bergembira bagi yang akan pulang ke tanah air
Selamat berjuang bagi yang tengah mencari kerja.
Selamat berkarya bagi yang telah mantap berkarier
Selamat menjalani “proses” bagi yang sedang di “proses”
Selamat menanti bagi yang menunggu sebuah jawaban
Selamat memutuskan bagi yang akan memberikan sebuah keputusan
Selamat memilih bagi yang berada dalam pilihan
Selamat jatuh cinta bagi yang mendapat pasangan jiwa dan menemukan tempat berlabuh.
Selamat berdakwah bagi mereka yang tegar dijalan panjang ini.
Semoga kuat iman bagi yang masih bertahan.
Semuanya………

Pada akhirnya setiap perjalanan ada waktu untuk berhenti.Ada waktu untuk ujian. Ada waktu untuk menghela napas dan, tentu saja waktu berpisah. Ada waktu untuk melanjutkan perjalanan. Tak perlu upacara. Tak perlu dibesar-besarkan. Mungkin hanya sunyi. Dan benar pula Chairil Anwar bilang “pada akhirnya nasib adalah milik kesunyian masing-masing”.

Kini saatnya kita akan menemukan kenyataan yang lain. Waktu yang lain.
Segala sesuatu berubah. Ruang dan waktu memuai. Musim tak akan pernah seperti dulu. Arus sungai tak mungkin berbalik ke hulu. Show must go on. Bumi akan terus mengelilingi matahari. Berhenti atau tidaknya kita. Kita akan terus berjalan. Walau hamparan gurun dan badai menghadang. Mungkin hanya sendirian. Mungkin hanya ditemani oleh pengalaman bersama-sama. Barangkali akan melankolik kalau kita masih tetap mengenang setiap detak perjalanan. Dari dulu hingga kini….Dengan citarasa yang sangat sentimental.

Dan musim itupun telah datang, Musim Final exam (menyelesaikan thesis ataupun project, dan persiapan viva), Musim kesibukan, musim liburan, musim semi, musim panas dan musim musim yang lain.
Ya.... Itulah dia.

Tapi sebenarnya semua itu adalah bagian dari proses, proses yang seharusnya telah kita lakukan sebelumnya.

Allah telah mengingatkan ini dengan Firmannya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada ALLAH dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada ALLAH, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (AL Hasyr: 18)

Persiapan.. Itulah kata kunci yang menghubungkan ayat ini denga kondisi kita sekarang.
Perbekalan...kata kunci kedua yang juga akan menghubungkan kita dengan pesan dari Allah swt ini.

Sehingga Persiapan dan perbekalan menjadi salah satu barometer kesuksesan kita dalam kehidupan ini.

Tetapi....
Apa pun kondisi kita saat ini, dalam final exam kah, dalam bahagiakah, dalam berumah tanggakah dan sebagainya sebenarnya adalah terminal atau tempat pemberhentian antara atau sementara dari sebuah proses perjalanan yang panjang ini. Akan ada terminal akhir, dan tempat ujian sebenarnya tampat dimana persiapan kita selama ini akan dilihat.Tempat dimana kita akan benar-benar berhenti.

Ada sebuah Nasyid yang cocok untuk ini...

"Berbekalah untuk hari yang sudah pasti
sungguh kematian adalah muara manusia
relakah dirimu menyertai segolangan orang
mereka membawa bekal sedangkan tanganmu hampa

Rasullullah bersabda
perbanyaklah mengingat
akan pemusnah segala kenikmatan dunia
itulah kematian yang kan pasti datang
kita tak tahu kapan waktunya kan menjelang

hai menangislah wahai sahabat
karena takutkan ALLAH
niscaya engkau kan berada dalam naungan Nya
dihari kiamat disaat tiada naungan untuk
manusia selain naunganNya

dalam ampunanNya dalam ampunan Nya
dosa pun berguguran bak daun dari pepohonan"

Saudaraku........
Hidup bukanlah pacuan melainkan suatu perjalanan
dimana setiap tahap
sepanjang jalannya harus dinikmati.
Dan akhirnya :MASA LALU adalah SEJARAH,
MASA DEPAN merupakan Misteri dan SAAT INI adalah KARUNIA.






Wassalam..

Tulisan ini terinspirasi dan di adopsi dari sebuah file “abang ku” yang ku copy paste satu tahun lalu….
“ Selamat jatuh cinta “abangku” yang mendapat pasangan jiwa
dan menemukan tempat berlabuh.”