Thursday, August 20, 2009

Cari bonus sebanyak-banyaknya!!!


Ketika mendengar kata 'bonus', biasanya nich telinga kita langsung
merespon. Nggak cuma telinga, secepat kilat (kilat dalam slow motion,
mungkin), seluruh tubuh kemudian memberikan respon. itulah mengapa
bank-bank yang hampir bangkrut dan ngak punya uang berani masang bonus
yang gila-gilaan, bahkan mobil mewah tiap hari bagi satu pemenang.

Begitu pengumuman bonus ini sampai di masyarakat, masyarakat kita yang
jago berangan-angan langsung berebutan jadi nasabah bank tersebut.
Uangpun terkumpul dari masyarakat. uang itu diambil sebagian dan
kemudian dijadikan bonus. begitu seterusnya, nasabah kita dikibulin
terus-menerus. Makanya, struktur ekonomi Indonesia rapuh dan hal ini
terbukti pas krisis 1997.

Yang diatas itu contoh bonus yang dijanjikan oleh bank-bank
bangkrut.Menipu dan memperdaya. Tapi, ada lho bonus yang bener-bener
ditujukan buat kita, tanpa ada 'udang di balik batu' maupun gajah di
pelupuk mata (Lho?!). Bonus-bonus ini bertebaran di sekitar kita, namun
kadang meliriknya sedikitpun nggak. Bonus-Bonus itu adalah ibadah-ibadah
sunnah atau nafilah yang bertebaran di sekitar kita, mulai dari pagi
hingga pagi lagi.

Di bulan Ramdhan, pahalanya setara dengan pahala ibadah wajib, lho!
Makanya, Kumpulin poin sebanyak-banyaknya! ingat...waktunya terbatas!



Ditulis ulang oleh : Melvina Amir

Source: Book Magz (Pro-U Media)

Ramadhan Al-Mubarak

Kini, bulan Ramadhan segera datang menghampiri. Baginda Rasulullah saw. secara khusus memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT: «اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَ حَصِّلْ مَقَاصِدَنَا» Duhai Allah, berkahilah k...ami pada bulan Rajab dan pada bulan Sya’ban ini; sampaikanlah diri kami pada bulan Ramadhan; dan tunaikanlah keinginan-keinginan kami (HR Ahmad).

Mata kadang salah melihat
Bibir mungkin salah berucap
Hati kadang salah menduga
maafkan atas lisan yang tak terjaga
serta prasangka yang meski dalam hati saja

Bocah Misterius.....(sebuah renungan kembali)

disadur dari sebuah milis,,,semoga bermanfaat dan menjadi renungan bagi kita semua,,,aminn


BOCAH MISTERIUS

"Hey kamu....ayo sini," sapa Luqman dengan halus
kepada seorang bocah yang dengan sengaja menganggu
anak kecil lain yang sedang berpuasa. "Siapa namamu?
Dari mana asal kamu?" tanya Luqman sambil memegang
lengan bocah itu. Sebenarnya Luqman gemas, tapi ia
tahan kegemasan itu.

Meski ditanya dengan sopan, bocah itu malah balik
mendelik ke arah Luqman dan tertawa menyeringai! Tawa bocah itu membuat Luqman segera melepaskan pegangannya seketika.

Luqman merasa bocah ini bukanlah anak sembarangan. Sungguh pun penampilannya kayak bocah biasa.

Kaos plus celana pendek. Agak lusuh tapi bersih.

Luqman melihat mata bocah itu. Mata itu bukanlah mata
anak manusia pada umumnya. Ditambah lagi, sebelumnya
Luqman tidak pernah melihat bocah itu dikampungnya,
kampung Karangdowo, Bae - Kudus.

Luqman sudah bertanya kesana kemari, adakah tetangga atau orang dikampungnya yang mengenali siapa bocah itu dan siapa keluarganya.
Semua orang yang ditanya Luqman menggelengkan kepala, tanda tak tahu.

************ *******
Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Karangdowo.
Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung.
Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap
dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat
diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa!

Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus.

Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya.
Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena
kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada,
matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.

Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampung
mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah
kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan
bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan
roti isi daging tersebut.
Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian
dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap
dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan
memberikan kilatan yang menyeramkan.

Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

************ ********* **

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu.
Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda
zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah
itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan
hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es
kelapa dan roti isi daging yang sama juga!

Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi.
Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu.
Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan
ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Luqman pun
lalu menegurnya. Cuma, ya itu tadi, bukannya takut,
bocah itu malah mendelik hebat dan melotot,
seakan-akan matanya akan keluar Luqman.

"Bismillah.. ." ucap Luqman dengan kembali

mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya.

Ia berpikir, kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia
akan korek keterangan apa maksud semua ini. Kalau
memang bocah itu "bocah beneran" pun, ia juga akan
cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya
bocah itu.

Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak
menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak
tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan
membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan
tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang
melihatnya.

" Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan
menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan
saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman,
seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang
kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada
Luqman.

"Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa,"
jawab Luqman dengan halus,"apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu.."

Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan
uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai.

Ia menatap Luqman lebih tajam lagi.

"Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua!
Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini
ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan
kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan
pada sebelas bulan diluar bulan puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang
kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya
dan melupakan kami?

Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan

melupakan kami yang sedang menangis?

Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit
saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami
yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput
ajal..?!

Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran
waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus?
Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib
terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian..!?"

Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi
kesempatan pada Luqman untuk menyela. Tiba-tiba suara
bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu
tegas dan terdengar "sangat" menusuk, kini ia bersuara
lirih, mengiba.
"Ketahuilah Tuan .., kami ini berpuasa tanpa ujung,
kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan
puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami
makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang
saja.

Dan ketahuilah juga , justru Tuan dan orang-orang di
sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami
dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu
kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?

Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam
mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi
banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya
denga istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?

Tuan.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat
kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya
ada kepedulian yang seadanya pula .

Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang
menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali
termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya
lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap
orang-orang kecil seperti kami...!

Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta? Lalu
kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara
berlebih?

Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan
orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan
melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan,
berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan
bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa
dan maksiat. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa?

Tuan.., jangan merasa aman lantaran kaki masih
menginjak bumi. Tuan..., jangan merasa perut kan tetap
kenyang lantaran masih tersimpan pangan 'tuk setahun,
jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah
menyatu dengan bumi kelak..."

************ ********* *

Wuahh..., entahlah apa yang ada di kepala dan hati
Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut
bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya,
semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar
adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan.

Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu
pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya
terbengong-bengong. Di kejauhan, Luqman melihat bocah
itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman
berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan
raya kampung Karangdowo. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu.
Ditengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua
orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran
didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu
keluar dari rumah Luqman! Bocah itu benar-benar
misterius! Dan sekarang ia malah menghilang!

Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah,
balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur.
Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal,
tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja.
Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah
misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang
berharga, betapa kita sering melupakan orang yang
seharusnya kita ingat. Yaitu mereka yang tidak
berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka
yang tidak memiliki penghidupan yang layak.

Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa
seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang
sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali
menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan
membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang dampak sosial
yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan
kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah
memberikannya hikmah yang luar biasa.

Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya.
Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau
dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan
kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus
menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua
orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya
orang. Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga
bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati.

Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak
itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya,
selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

************ ********
Luqman berniat, akan terus menggunakan lisannya untuk
bersuara dan tangannya untuk menulis "agar seribu
tahun" lagi kita masih mendengar tawanya anak bangsa
dalam keadaan ceria.... Ah, bocah kecil, dimana kau
berada...?

************ ********

Di setiap tetesan nikmat yang kita rasakan, ada
baiknya kita mengingat bahwa ada orang lain yang juga
berhak untuk merasakannya.

Semoga ALLAH SWT memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang Bertaqwa

Seorang Wanita Berjilbab (sebuah renungan...cerita dari seorang teman)

Seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Sang guru berkata, “Saya punya permainan.. caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, namun jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!”. Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, tapi jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan dijalankanlah adegan seperti tadi, tentu saja murid-murid kerepotan dan kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya. Namun lambat laun, mereka bisa beradaptasi dan tidak lagi sulit. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. “Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh-musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sulit bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik nilai. Pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, selingkuh dan zinah tidak lagi jadi persoalan, pakaian mini menjadi hal yang lumrah, sex before married menjadi suatu hiburan, materialistis dan permisive kini menjadi suatu gaya hidup pilihan, tawuran menjadi trend pemuda.. dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham..?” Tanya Ibu Guru kepada murid-muridnya. “Paham, Buu…” Baik permainan kedua..” begitu Bu Guru melanjutkan. “Bu Guru punya Qur’an, Ibu letakkan di tengah karpet. Nah, sekarang kalian berdiri di luar karpet. Permainannya adalah bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah tanpa menginjak karpet? Murid-Muridnya berpikir keras. Ada yang punya alternatif dengan tongkat, dan lain-lain. Akhirnya sang guru memberikan jalan keluar, ia gulung karpetnya, dan ia ambil Qur’annya. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet. “Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. . musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan. . karena tentu kalian akan menolaknya mentah mentah. Premanpun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar.”Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau membongkar pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, lemari disingkirkan dulu satu-persatu, baru rumah dihancurkan. .”“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan mencopot kalian. Mulai dari perangai kalian, cara hidup kalian, model pakaian kalian, dan lain-lain, sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka.. dan itulah yang mereka inginkan. Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kalian.. paham anak-anak?”Paham, Buu!” “Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Islam, Bu? ” tanya mereka. “Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang, semisal Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi.” “Begitulah Islam.. kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya ambruk. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar.”Kalau saja ummat Islam di Ambon tidak diserang, mungkin umat Islam akan lengah terhadap sesuatu yang sebenarnya selalu mengincar mereka. “Paham anak-anak?” “Paham, Buu..” “Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..”Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.