Saturday, December 27, 2008

Maryamah Karpov


"Jika dulu aku tak menegakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku, aku dapat melihat diriku dengan terang sore ini:sedang bermimpi dengan tubuh hitam kumal, yang kelihatan hanya mataku, memegang sekop menghadapi gunungan timah, mengumpulkan napas, menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi sampai magrib, menggantikan tugas ayahku, yang dulu menggantikan tugas ayahnya. aku menolak semua itu! Aku menolak perlakuan buruk nasib kepada ayahku dan kepada kaumku. Kini Tuhan telah memeluk mimpiku. Atas nama harkat kaumku, martabat ayahku, kurasakan dalam aliran darahku saat nasib membuktikan sifatnya yang hakiki bahwa ia akan memihak kepada para pemberani."

Monday, December 8, 2008

Children are Stressed Out Too


“CHILDREN ARE STRESSED OUT TOO” (CRITICAL REVIEW)

Vijay P Sharma, Ph.D in his article “Children are Stressed out too” says that there are many things that worried by children and make them stress, but the parents do not know because adult’s perception of children’s emotional life and a child’s actual experience of it are different. Psychologist Georgia Witkins surveyed 700 children and their parents to find out what they say about children stress. Children report the most stress appears when parents fight, get angry or lose control. Very little parents are aware of their children’s stress caused by their behavior at home. They think that being home alone, the dark, a frightening movie are things that make children scare and worry up till now, but in the poll kids tell their parent’s behavior is scary.

In survey, the parents denied the report. They say that the conflicts between them are not giving bad impact to their children because they don’t fight in front of them except a time or two or they fight when children are sleeping in bad, busy watching TV or playing. The fact is children know what’s going on and they are not just tense, they are scared. And more in witkins survey, about 7% of children have nightmares but only 37% of parents know about them. About one third of the children reported that they worried a lot a number of things. However, children don’t often tell what is bothering them and nobody asks them.

Children do not only worry and scare about parent’s behavior but also worry about such mundane matters as housing, money, job or other so called realities of the adult world. And Children also worry about the health of their parents and other family members, the family’s financial situation and they worry too if the relationship between parents is strained. Most of parents do not think this, they tend to view childhood as a time for eating and playing and having fun. In addition, parents tend to think that peer pressure is the number one stressor for children, but is completely wrong. In Witkins survey, peer pressure come next to school and family worries.

Today, many adults trend to lose their emotional capacity to respond to the ills of the world because they tend to feel it is futile to worry about these matters. Different with children, they still have a relativity intact capacity to emotionally respond to the plight of others. Therefore, adults should realize that a majority of children experience considerable stress. Adults should listen and ask them questions and allow them to expound on their views and concern.

Children worry about a lot of things, including the future, their environment and about how to save the planet Earth. Most of us can not believe it. We, adult often pay a lip of service to kid. We do not know what children think actually. This article shows us how children are serious about such matters, and tell us that a majority of children experience considerable stress. We see this issue is very interesting and has moral message. This information is definitely useful for parents and kids too build up a good relationship. And the most important thing is we can get knowledge about children stress and how to overcome their worry.

Another interesting aspect of this article is the solution that writes gives. Vijay Sharma tells us the effective way to solve children worry or stress is communication. We, adults should create a good communication atmosphere with children. Try to see what children think in many outside and also things the changes of them. In other words, we have to try to involve into their world. Then try to listen and ask them specific questions to find out. In this article Vijay emphasis that parents should be able to lead their children to see the positive side of their worry by giving sharp and clear explanation. In the same way he encourage the parents to control the temper and mood and try to seek help, if they have trouble doing that. As adult and or a candidate parents, we find the subject of this article completely useful and give us lesson and helpful to someone that we care about. In short, this article has stimulated us to read more resources about children and parents. (MV)

Friday, December 5, 2008

Freedom Writers...Where I can get the VCD/DVD?



Freedom Writers is a 2007 American film starring Hilary Swank, Scott Glenn, Imelda Staunton and Patrick Dempsey. It is based on the book The Freedom Writers Diary by teacher Erin Gruwell who wrote the story based on Woodrow Wilson Classical High School in Long Beach, California. The title is a play on both the terms of "Freedom Riders", the black and white civil rights activists who tested the U.S. Supreme Court decision ordering the desegregation of interstate buses in 1961, and Freedom Fighters, as in somebody who fights for freedom.
The idea for the film came from journalist Tracey Durning, who made a documentary about Erin Gruwell for the ABC News program Primetime Live. Durning served as co-executive producer of the film.

Monday, November 24, 2008

PANDAI BERBAHASA INGGRIS? PENTING DAN HARUS

Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam hidup kita. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi dan bahasa menjadikan orang-orang dapat berbicara dan mengungkapkan sesuatu dengan yang lainnya dan juga dengan bahasa mereka dapat mengekspresikan kebutuhan komunikasi mereka.

Bahasa Inggris adalah satu dari bahasa asing yang ada di Indonesia. Bahasa Inggris mempunyai posisi khusus semenjak ia menjadi bahasa internasional dalam komunikasi. Smith (1983) menyatakan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang paling tinggi frekuensi penggunaannya dalam perdagangan internasional, diplomasi, pariwisata, dan ia juga di pelajari oleh banyak orang daripada bahasa asing lainnya.

Pentingnya Bahasa Inggris

Bahasa Inggris memang sangat penting untuk dikuasai sebagai alat komunikasi dengan bangsa lain di dunia. Ditambah lagi, saat ini kita hidup di era globalisasi. Dimana semua hal yang terjadi di belahan dunia lain, bahkan yang sangat jauh sekalipun, seakan-akan dekat dengan kita. Sebuah peristiwa penting di negara lain akan dengan cepat kita mengetahuinya, baik itu dari radio, televise, surat kabar, dan juga internet.

Di zaman globalisasi ini lalu lintas orang dari dan ke suatu Negara juga makin banyak. Itu artinya, intensitas pergaulan internasional juga makin meningkat. Jadi yang perlu kita catat dan garis bawahi adalah pergaulan antar bangsa ini akan bisa dilakukan dengan baik, hanya oleh mereka yang mampu berkomunikasi dengan bahasa gaul internasional yaitu Bahasa Inggris.


Dengan menguasai bahasa Inggris kita dapat bergaul, berkomunikasi dan bersaing dengan teman-teman dari Negara lain. Karena seperti yang kita ketahui, hampir semua bidang kehidupan manusia moderen saat ini hanya dapat digunakan dan di operasikan dalam bahasa Inggris. Sehingga bisa kita bayangkan, bakal seperti apa orang-orang yang tidak paham bahasa Inggris.

Karena bahasa Inggris sangat penting dalam kehidupan kita sekarang ini, oleh sebab itu, kita harus sejak sekarang belajar bahasa Inggris. Meskipun idealnya belajar bahasa Inggris sejak kecil, namun tidak ada kata terlambat dalam belajar. Jika kita serius dan mempunyai motivasi yang tinggi, saat ini pun kita bisa untuk memulai. Dan yakinlah pada diri bahawa kita pasti bisa.

Suatu Keharusan

Zaman sekarang ini bahasa Inggris merupakan suatu keharusan. Bahkan di Eropa, orang yang tidak bisa bahasa Inggris dikategorikan sebagai orang yang buta huruf. Apalagi saat ini nyaris semua perangkat kehidupan menggunakan bahasa Inggris, dan bahasa pergaulan yang digunakan di dunia internasional ialah bahasa Inggris.

Jadi saat ini kita benar-benar dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan diri kita dalam bahasa Inggris. Kita akan jauh tertinggal jika tidak dapat menguasai bahasa Inggris ini. Kita tidak akan mampu bersaing dengan orang-orang disekitar kita yang sudah lebih dulu menguasai bahasa Inggris.

Banyak hal yang menguntungkan jika kita menguasai bahasa Inggris, salah satunya kita sebagai bangsa Indonesia dapat menguasai pengetahuan di bidang apapun. Karena dengan mengetahui bahasa tersebut kita bisa membaca buku-buku bermutu, mendengarkan siaran televisi, radio, dan media massa lainnya. Dengan sendirinya kita mempunyai pengetahuan dan pandangan yang luas dalam bidang atau kegiatan-kegiatan untuk masa depan kita, bangsa dan Negara.

Pelajarilah!

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita belajar bahasa Inggris, yaitu; Pertama, belajar bahasa Inggris mesti dilakukan dengan konsep “Learning by Doing” (belajar sambil praktik) misalnya saja, jika kita ingin memahami bacaan berbahasa Inggris. Atau kalau kita ingin pintar nyanyi lagu-lagu barat, carilah lagu barat yang disukai, lalu dengarkan dan nyanyikanlah dengan serius dan semangat. Jadi belajar bahasa Inggris yang baik ialah dengan mempraktikkannya, karena kita bukan belajar mata pelajaran biasa, melainkan belajar bahasa. Dalam belajar bahasa, yang paling baik adalah diucapkan dengan percakapan. Kalau kita sudah terbiasa berbicara dalam bahasa Inggris, dengan sendirinya kita juga akan mudah membaca dan menulis dalam bahasa Inggris.

Kedua, belajarlah dengan teman-teman sebaya; dengan cara ini kita tidak akan malu dan canggung untuk berbicara dalam bahasa Inggris karena kita hanya akan berhadapan dengan teman-teman sendiri. Selain itu, jika kita belajar bersama dengan teman-teman, kita akan merasa bebas untuk berekspresi dan tidak akan merasa malu jika kesalahan kita dikoreksi oleh teman-teman kita sendiri.

Ketiga, mengikuti bimbingan dari orang atau tempat kursus. Cara ini sangat baik untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris kita. Sebab kalau Cuma mengandalkan sekolah itu tidak akan cukup. Sekarang ini ada banyak lembaga bimbingan atau tempat kursus bahasa Inggris. Tapi tidak semuanya bagus, jadi kita harus pintar-pintar dalam memilih lembaga binbingan dan tempat kursus.

Pilihlah lembaga bimbingan dan tempat kursus yang tidak sekedar memberikan pemahaman teoritis, tapi juga mengembangkan praktek berbicara bahasa Inggris sesuai dengan potensi yang kita miliki.Selain itu, pilih kursus yang tidak mengajarkan satu komponen skill (keterampilan) saja, melainkan mencakup banyak komponen skill, misalnya saja; tata bahasa (grammar), kosa kata (vocabulary), membaca (reading), berbicara (speaking), mendengar (listening), dan menulis (writing). Hal ini merupakan sebuah nilai tambah bagi lembaga bimbingan dan tempat kursus dan juga siswa khususnya. Apalagi jika komponen skill ini dikemas dan ditampilkan dengan apik dan semenarik mungkin, misalnya dalam sebuah permainan atau bentuk kreatif lainnya. Maka akan menambah daya tarik siswa untuk belajar bahasa Inggris. Dan satu hal lagi adalah hal ini akan mengubah pola pikir orang-orang yang dulunya beranggapan bahasa Inggris itu sulit untuk dipelajari, maka kini pikiran itu tidak akan ada lagi.

Namun, dari semua ini yang terpenting adalah balik lagi kediri kita sendiri. Jika kita benar-benar ingin maju dan mampu bersaing di era globalisasi ini, maka jangan ragu untuk mempelajari bahasa Inggris dari sekarang. Pelajarilah dan buktikan dengan mempraktekkannya.


Melvina, M.Ed
Fakulti Pendidikan, TESL
Universiti Kebangsaan Malaysia
melvina_amir@yahoo.co.id

Sunday, November 16, 2008

Aisyah:The True Beauty (part 1)

Aisyah: The True Beauty (part 1)

Karakter dan Keistimewaan Aisyah

A. Karakter Aisyah

1. Ciri-ciri fisik dan Pakaian Aisyah
• Salah Seorang gadis Arab yang tumbuh dengan sangat cepat dari segi fisik
• Pada usia 9-10 th tubuh telah terlihat matang dan menarik, langsing semampai.Beberapa tahun kemudian menjadi gemuk dan pada usianya yang semakin tua, tubuhnya semakin gemuk.
• Kulitnya putih kemerah-merahan, wajah bersinar, cantik, dan elok di pandang
• Aisyah mencapai puncak sifat zuhud dan qana’ah: ia pernah hanya memiliki sehelai pakaian. Jika pakaian itu kotor, Aisyah segera mencucinya lalu mengenakannya kembali.
• Kemudian Aisyah juga memiliki sehelai pakaian bagus seharga 5 dirham. Orang-orang sering meminjam pakaiannya itu untuk dikenakan oleh para pengantin perempuan dalam pesta pernikahan mereka.
• Aisyah juga pernah mengenakan perhiasan, seperti kalung yang terbuat dari manik-manik serta cincin yang terbuat dari emas.

2. Akhlak Aisyah
• Aisyah beruntung memperoleh kehormatan untuk menjadi sahabat sekaligus istri terdekat Rasulullah saw. semenjak kecil hingga menginjak masa remaja. Selama masa-masa penuh kebahagiaan itu, Aisyah menjalani hidup dibawah bimbingan dan asuhan Rasulullah saw.
• Berkat pendidikan yang diterimanya, Aisyah mampu mencapi puncak kesempurnaan Akhlak
• Aisyah berada pada posisi terdepan dari deretan orang-orang yang berakhlak mulia, seperti; memiliki sifat zuhud dan wara’, taat menjalankan ajaran-ajaran agama, dermawan, murah hati, serta senantiasa bersikap penuh kasih saying kepada sesama manusia.
• Tidak pernah ada keinginan untuk memanjakan diri dengan harta duniawi.

3. Aisyah Selalu Membantu para Perempuan
• Aisyah adalah pengurus rumah tangga sekaligus istri Rasulullah saw. Ia pun menyadari tanggung jawab besar yang dipikulnya itu serta seanantiasa berusaha menjalankan semua tugas yang diembannya dengan sebaik mungkin. Aisyah selalu membantu para perempuan yang datang kepadanya, menunaikan segala keperluan mereka, atau menampaikan persoalan mereka kepada Rasulullah saw.

4. Ketaatan Aisyah kepada Suami
• Berupaya sekuat tenaga untuk mematuhi, menjalankan perintah, dan menjauhi larangan Rasulullah saw.
• Senantiasa berusaha menyenangkan hati beliau dalam setiap kesempatan.
• Ketika melihat tanda-tanda kesedihan, kegelisahan, atau ketidaksukaan di wajah Rasulullah saw., Aisyah selalu merasa cemas dan khawatir.
• Aisyah selalu memperhatikan para sanak kerabat Rasulullah saw. dan tidak pernah menolak permintaan mereka
• Demi penghormatan kepada Rasulullah saw., ia selalu berusaha untuk menyikapi sahabat-sahabat beliau dengan penuh hormat. Ia tidak pernah menolak untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan.

5. Aisyah tidak pernah Bergibah
• Aisyah tidak pernah bergibah dan menggunjingkan keburukan orang lain. Aisyah meriwayatkan ribuan hadits. Tetapi, dalam hadits-hadist itu, tidak ada satu huruf pun yang dilontarkannya untuk menghina atau menyinggung perasaan orang lain.

6. Aisyah Enggan untuk Menerima Pemberian Orang lain
• Sangat Jarang Aisyah mau menerima pemberian orang lain. Jika ia pun terpaksa menerimanya, maka ia pasti akan membalas pemberian itu secepat mungkin.
• Abdullah bin Amir pernah mengutus seseorang kepada Aisyah untuk memberinya nafkah dan pakaian. Kepada utusan Abdullah itu , Aisyah berkata, “Aku Tidak menerima pemberian apapun dari orang lain.” Utusan itupun keluar. Tetapi, sesaat kemudian, Aisyah justru meminta orang-orang untuk memanggilnya kembali. Lalu ia berkata, “Aku teringat pada sabda Rasulullah saw.,
“ Wahai Aisyah! Jika seseorang memberimu sesuatu tanpa kau pinta, maka terimalah pemberian itu karena ia merupakan rezeki yang dianugerahkan oleh Allah kepadamu.” ( HR Ahmad dan Baihaqi)

7. Aisyah Enggan untuk Dipuji
• Aisyah tidak pernah memuji dirinya sendiri, dan ia tidak suka dipuji.

8. Harga Diri dan Kekerasan Hati Aisyah
• Rendah hati tapi keras hati, tidak mau didikte orang lain
• Pada saat yang bersamaan selain keras hati Aisyah mampu berlaku adil
• Aisyah mampu memadukan dua sifat yang berlawanan (telah mencapai puncak kesempurnaan Akhlak dan keluruhan tingkah laku.

9. Keberanian dan Ketabahan Aisyah
• Memiliki keberanian dan keteguhan pendirian yang luar biasa, sepert;
• Berjalan sendirian menuju Baqi’, turut serta dalam banyak peperangan.

10. Kedermawanan dan Kelembutan Hati Aisyah
• Sifat dermawan dan suka memberi adalah satu bagian terpenting dari akhlak terpuji Aisyah.
• Terkadang kedermawanan beliau melampaui batas normal; ia kerap memberikan apa saja tanpa memikirkan nasibnya sendiri.
• Sifatnya mirip dengan ayahnya dan keluarga yang lain, Asma’-menyedahkan semua harta yang ada ditangannya.

11. Ibadah Aisyah
• Melaksanakan ibadah2 ibadah wajib dan sunnah secara konsisten dan terus menerus.
• Seluruh waktu diisi dengan zikir dan tasbih
• Ibadah rutin Aisyah shalat Dhuha
• Memperhatikan sholat malam dan tarawih di bulan Ramadhan
• Melalui sebagian besar hari-hari dengan berpuasa
• Melaksanakan haji setiap tahun

12. Aisyah dan hal-hal Sepele
• Aisyah sangat berhati-hati, ia selalu menghindari apapun yang dilarang oleh agama, meskipun hal itu sepele dan sederhana

13. Aisyah bersikap lemah lembut kepada para budak dan pelayan
• Aisyah sangat menyayangi para budak dan selalu berusaha untuk memerdekan mereka
• 67 orang jumlah budak yang pernah dimerdekakan Aisyah

14. Memberikan bantuan sesuai dengan derajat orang yang memintanya

15. Aisyah dan Hijab
• Sangat memerhatikan hijab, terutama setelah ayat-ayat tentang hijab diturunkan
• Selalu mebentangkan hijab dan mengajarkan murid laki-laki dari balik tirai
• Tidak pernah melakukan thawaf bersama kaum laki-laki,
• Melakukan secara terpisah atu memerintahkan tempat thawaf dikosongkan dari para laki-laki (pada siang hari)

(Sulaiman An-Nadawi)
Penerbit Pena Pundi Aksara

Sunday, November 9, 2008

FAQ about ChoCholate

FAQ
What is chocolate?
Chocolate is a processed delicacy made from the beans of the cacao tree. The cacao tree, native to the tropical Amazonian forests, is an evergreen tree of the cola family. Chocolate is a mixture of roasted cocoa, cocoa butter, and very fine sugar. Unsweetened (or bitter) chocolate is available in squares and is the natural rich chocolate ground from the cocoa beans. It has a full-bodied flavor and is ideal for baking and cooking. Sweetened chocolate and chocolate with various other ingredients are also increasingly available.

What are the different types of chocolate in the market?
The main attraction of chocolate is that it offers a form of self-indulgence. The sweet, attractive taste and the consistency and appearance are very pleasing. There are many different products within the term of chocolate and chocolate confectionery, not just chocolate bar. However, when we talk about the types of chocolate, it refers to three types of chocolate namely: milk chocolate, white chocolate and plain chocolate.

Why do people eat chocolate?
For pleasure. For health. As an aphrodisiac. To relax. Because they can! There is no doubt that chocolate is one of the most popular desserts, beverages, snacks and flavors on the planet today for both children and adults alike. The fact that chocolate is a highly nutritious option also makes it extremely versatile.

When do we buy chocolate?
Chocolate is really a snack that fits any occasion. From bite size nuggets that you can enjoy alone to full fledged desserts for formal dinner parties, this ancient delicacy has become a global favorite. Celebrations are never complete without it in some form or function. Children love it. Even wine comes in chocolate flavors! In fact, chocolate also serves practical purposes as it is such a rich source of energy and in a convenient and compact form. People tend to buy it as a ration on many expeditions such as mountain climbing or hikes for instance.

Is chocolate suitable for active adults?
The unique combination of vitamins, minerals and other nutrients found in the cocoa bean has important positive effects for both mind and the body. Magnesium stimulates the memory. Theobromine and facceine have a positive effect on the central nervous system and respiration. At the same time they reduce fatigue and improve concentration. The high dose of calcium and protein in milk chocolate strengthens the bones of children and teenagers. With their high caloric value in a small volume, cocoa and chocolate contain the highest levels of energy all vegetables. So, chocolate, with regular and moderate consumption, goes hand in hand with an active lifestyle.

Chocolate is addictive
While you may crave the great taste of chocolate, it is NOT a drug. So it really isn’t habit-forming beyond your own natural desire for sweets.

Chocolate causes cavities
Not really. While it’s the easy way to explain cavities and tooth decay it just isn’t true. In fact, there is speculation that the cocoa butter in chocolate coats the teeth and prevents plaque from forming. The sugar in chocolate is however a contributor to dental cavities, but so is the sugar in any other food. Additionally, chocolate melts quickly in your mouth, so it doesn’t leave a long-lasting residue as do some other foods and beverages. Poor oral hygiene however DOES lead to cavities.

Dark chocolate gives some people headaches
Difficult to explain, certain individuals do react in this manner to dark chocolate. The same people often get headaches from red wine and aged cheeses. Some researchers have associated this with the chemicals in chocolate, including caffeine and theobromine; others say these headaches occur most commonly in those prone to migraines.

Chocolate raises your cholesterol level
Definitely not true. While chocolate does contain saturated fat - often associated with elevated levels of LDL - the saturated fat in chocolate consists primarily of both stearic and oleic acids, neither of which has been linked scientifically to higher LDL numbers.

Chocolate is an aphrodisiac
A favorite belief among people, it is however an urban legend. While there is a little evidence to suggest that cocoa is a mild aphrodisiac, chocolate contains over 300 different chemical compounds. Scientists still don’t understand exactly why people react so positively to chocolate or crave it; theories on both subjects are plentiful. What chocolate DOES do is put people in a good mood – and who knows what can happen then right?

Chocolate causes weight gain
Yes – as does any food when done in excess. If you eat too much chocolate, you will gain weight. However, the same applies to eating too much of almost anything. Yes, chocolate is a high-fat food, and if you’re concerned about your weight you ought to limit your intake of high-fat foods. But chocolate can be enjoyed by most people---in moderation without any ill effects.

Chocolate contains caffeine
True, but only at a fraction of the amount contained in regular coffee and some teas. Estimates for caffeine in foods and beverages vary widely, with widely differing figures being made available. These include 60 to 100 mg of caffeine in 7 to 8 ounces of instant coffee; in brewed coffee, that figure starts at 80 mg and can go up to 135 mg. Caffeine in tea varies according to tea type. Eight ounces of black tea might contain 40 to 50 mg of caffeine, while the same quantity of green tea would have around half that amount, and white tea has roughly 15 mg of caffeine per 8 ounces. By contrast, 1 ounce of dark chocolate has about 20 mg of caffeine, and an ounce of milk chocolate, half or less of that, 6 to 10 mg.

Is chocolate junk food?
A common misconception about chocolate is that it’s a ‘junk’ snack or food. The truth is rather different from this view. In fact, chocolate is highly nutritious as a food as it does have nutritional value. It can in fact contribute to the overall diet of a person in a positive fashion. A good example is the nutrient content of chocolate milk as compared to white milk (see below). It also possesses other supplementary health benefits including anti oxidant properties. It’s also a great source of energy! However chocolate is primarily something that you consume for pleasure and not for health!

FOOD VALUES OF MILK AND CHOCOLATE MILK
Nutrient Content of 8oz. Glass (or ½)



NUTRIENT

MILK

CHOCOLATE MILK
Calories

168

205
Protein gms.

8.5

7.0
Calcium gm.

0.20

0.26
Phosphorus

0.22

0.22
Vitamin A I.U.

375

338
Thiamine mg.

0.08

0.07
Riboflavin mg.

0.41

0.37
Niacin mg.

0.21

0.25



Source:
Chocolate Manufacturers Association

The Percentage of Energy from Protein, Fat and Carbohydrate in Milk and Milk-Free Chocolate



Types

% Energy Contribution
Protein

Fat

Carbohydrate
Plain Chocolate

4%

57%

39%
Milk Chocolate

7%

52%

41%
White Chocolate

5%

51%

43%



Sources:
Multiple sources were used in developing this including www.sallys-place.com, www.ilovechocolate.com.au, and other online resources. All credits remain with their respective owners although the information has been modified.

Monday, November 3, 2008

Gender and Achievement: The Differences in Boys’ and Girls Academic Achievement (Review)

1. Introduction.
Differences in educational achievement in gender terms are more difficult to pin-point than those related to social class. There is, for example, little clear evidence to show that females, as a whole, underachieve intellectually at school (in terms of GCSE overall, for example, the levels of achievement between males and females are roughly equal, although in recent years there is evidence to suggest that females are achieving more than males across an increasing range of subjects).
In addition, the evidence since the 2nd World War suggests that female educational achievement at the secondary level has increased markedly in comparison to male achievement. At the primary level male and female levels of achievement are, in general, roughly equal, although males tend to score more highly on some forms of testing.
The gap between girls’ and boys’ achievement at GCSE has been roughly the same for several years. There are statistical difficulties in analyzing the o- level and CSE results of the 1980s, but they appear to show that girls were already improving their performance before GCSE introduced. The changes to GCSE affecting the 1994 results, including the reduction of the course work element, did not immediately reduce the superiority of the girls’ performance.

2. A few Figures to Illustrate the Differences in Boys’ and Girls’ Academic
Achievement
There are three indicators are used to concretely illustrate boys’ lower achievement in elementary and secondary school: academic delay, success in learning the language of instruction and graduation rates.

2.1. Academic Delay
It has been noted that in general education, both in elementary and secondary school, boys are more likely to repeat a grade than girls. This gap is particularly significant in the first year of secondary school.
Based on Education Indicator, 2003 edition, MEQ (2003), it reports that in 2001-2002 in the school system as a whole, 3.8% of boys and 2.3% of girls repeated a grade in elementary school. The gender difference is therefore 1.5 percentage points. For secondary 1 student, the difference rises to 5.6% percentage points, since the proportion of repeaters is 15.7% for boys and 10.1% for girls.
The cumulative effect of grade repetition is to delay students in their schooling. At the end of the normal six-year period of elementary school, children should be no more than 12 years old. A student aged 13 or over has therefore fallen behind. The cumulative effect of grade repetition is reflected in the student’s age.
Students who are repeaters in elementary school are at much higher risk of dropping out that other students, and this risk increases considerably with the numbers of years of academic delay.

2.2. Success in Learning the Language of Instruction
Grade repetition and academic delay, more prevalent among boys than girls; appear to be mostly related to gender differences in learning the language of instruction since no significant performance gap has been noted for the other subjects.
Based on uniform examinations results that set by MEQ, girls’ result in the language of instruction are higher than those of boys. In Canada, the 2002 School Achievement Indicators Program (SAIP) assessment also confirms that girls’ written language skills are much stronger than boys in the country as whole. Beside, at the international level, a recent study of the OECD Programme for International Student Assessment (PISA), report that girls get higher result in reading literacy than the boys.
The report on Australian national literacy testing in 1996 (DETYA 1999a,b), identified the fact that only percent of male students were able to meet the reading benchmarks set Year 3, compare with 77percent of female students. Like wise, 65 percent of all male students tested scored at or above the writing benchmark for Year 3, while 81 percent of female students score above a higher for the same benchmark. According to this report, the gap between girls and boys performance repeats it self for the Year 5 test result conducted in the same year: 65 percent of the boys tested and 76 percent of the girls tested scored at or above the reading benchmark in Yea 5; 59 percent of the boys reached or went beyond the benchmark set for writing in Year 5, whereas 74 percent of girls met or exceeded this benchmark (DETYA 1999a,b).
Similarly, the combined results of the 1999 national testing in United Kingdom for reading, writing and spelling (the Key stage test) for 7,11,and 14 years old students indicate that 77 percent of boys reached level 2 and above in reading, while 86 percent of girls tested reached the same level and above. Similarly with writing, 78 percent of boys tested and 87 percent of girls tested performed at level 2 or above. In terms of spelling performance on the national test, only 65 percent of boys tested at level 2 or above, whereas 76 percent of the girls tested at level 2 and above (DFEE 1999a)
The test scores from the National Assessment of educational progress (NAEP) in 1996 have been analyzed according to male and female performance in reading, writing, and spelling tests and indicate what many see as dangerous gaps between male and female performance in relations to sets of literacy skills. Besides, Helbers (2000) notes that there were significantly more boys than girls located within the low scoring category.
Concerns about the lower literacy levels of boys are deepened when they are read a long side reports that identify less than desirable sets of experiences for boys during the course of their education. Researchers in a range of countries an across a variety of schooling sector have presented evidence to argue that boys are:
o Over-represented in remedial educational classes and more likely to be held back a grade.
o Most likely to demonstrate behavior problems
o More likely to be suspended
o The majority of counseling referrals
o Three time as likely to receive a diagnosis of attention-deficit hyperactivity disorder
Perhaps not surprisingly, there are also gendered patterns relating to subject choice, educational progress and school completion. At school boys are more likely than girls to enroll in high-level math and science courses, and less likely to undertake studies connected to English and the humanities. This pattern continues into universities, with male students continuing to choose science, technology and engineering over humanities or education.

2.3. Graduation Rates
Based on the statistics for 1976 to 2001 show that the proportion of girls graduating from the school system with a bachelor’s degree jumped from 13% to 31%, while for boys it increased from 17% to 21%. It shows us that the graduation rates of girls are higher than boys. Most of boys are drop out before the end of semester ( MEQ : 2003)

3. Boys Failure factors
There are some various factors that make certain boys more likely to fail. They
are; the influence of socio economic background, different attitudes and
Behaviors with respect to school and learning, the effect of stereotypes and the
Influence of peer groups.

3.1. The Influence of Socio economic Background
Among the various factors that influence this process, social background is the one that has the most impact on students. In this regard, it is the bets predictor of academic outcomes. Over the past several decades, studies carried out in a number of countries show that students from disadvantaged environment are the most likely to experience difficulties in school, to repeat a grade, to be delayed in their schooling or to drop out. In general, research data shows that the performance gap between boys and girls tends to narrow when students are form advantaged environments and to widen the further down students are on the socioeconomic scale.
Social background appears to have more impact on boys’ academic achievement than on that girl, and this can be observed in a number of countries. Collins (2004) said that socio economic status makes a larger difference than gender to Year 12 performance even where girls generally do better than boys. And it seems that socio economic status appears to be the most salient factor in boys’ (and girls’) literacy performance in schools (ERO, 1999). Similar to Buckingham (1999), he mentions that the higher the socioeconomic status of parents on these measures (of household income, family structure, parental education) the higher is literacy and English performance of their children, both boys and girls, on average.

3.2. Different Attitudes and Behaviors with respect to school and learning
Boys and girls have different attitudes toward school and academic success. Studies clearly show that girls are more interested in and open to school life than boys (Quebec, 1999)
1. Effort
Success in learning the language of instruction is an important indicator of boys’ academic difficulties. It has been observed that girls, generally make more of an effort to learn even if they are not interested in a subject than boys do. it appears that many boys have difficulty making an effort if their interest level is low and the benefits are not immediate.
Boys and girl do not have the same idea of what leads to success:
• boys place much more importance on intelligence than on effort.
• Boys believe that being intelligent relieves them of having to make an effort.
• While girls perceive intelligence as an indispensable ingredient of success.
• Girls perceive academic success as the gateway to a more satisfying
• personal and professional life,
• While boys rely more on beliefs concerning the opportunities they will have
• simply because they are male, an attitude which lead them to underachieve in school
• Girls also devote more time to homework and studying.
• more boys than girls experience difficulty in learning the language instructions.
• more boys than girls lack commitment to and interest in their schoolwork, which mean that boys are more likely to reaped a grade and its affect students’ self-esteem, feeling of competence and sense of belonging and forth dropping out of school

2. Better results in reading literacy
In all OECD countries ( Organization for Economic Cooperation and Development), girls are significantly a head of boys with respect to reading literacy. There is no marked difference between boys and girls with respect to their results in other academic subjects. However the ability to read, understand and use information is at the heart of cognitive development and personal fulfillment. Reading literacy is the cornerstone for learning in all academic disciplines. This is why difficulties experienced in learning the language of instruction lead to identification of learning difficulties and are one of the main reasons school authorities use to justify their decision to have a student repeat a grade.
3. Different learning strategies.
Analysis of the differences in girls’ and boys’ learning strategies shows that boys generally use different strategies than girls, particularly with respect to metacognitive strategies.
• Boys prefer to focus on comprehension and establishing links between concepts. Besides, boys use more competitive approaches.
• Girls tend to use memorization techniques and control strategies such as Planning, organization and structuring. Girls also more likely to adopt a personal learning assessment approach.

4. A different perception of abilities.
Most girls have more self-esteem when it comes to their education. And we know that young people’s perception of their skills is an important factor in their academic performance. More girls than boys mention that they have academic aptitudes or skills and talents of an intellectual nature. This observation was confirmed by means of a 1995 survey of students in Secondary Cycle Two in general Education.
The programme for International Students Assessments (PISA) has shown that there is a relationship between students’ perception of their own performance in reading literacy. In all OECD countries, the most striking differences in performance have been noted between students who are certain they can meet learning challenges, even in the face of difficulty, and those who are uncertain of being able to do so (OECD: 2003). There also seems to be a significant negative gap between some students’ actual potential and their assessment of this potential.

5. The effect of stereotypes.
Numerous studies carried out in 1993-1994 and in 1996 by the Centre de recherché et d’intervention sur la reussite scolaire (CRIRES) show that there is a strong correlation between identification with the sexual stereotypes and academic failure for both boys and girls. Conversely, dispensing with these stereotypes leads to better performance.
A larger proportion of girls than boys succeed in freeing themselves of these stereotypes, and this greeter freedom is more apparent in advantaged environments than in more modest one (Jean: 2003). Boys who wish to compensate for their academic difficulties tend to take refuge in stereotypical masculine behaviors that distance them from school life.

3. The Influence of Peer Group
The peer group is a factor that influences many boys to adopt a negative attitude toward school. Boys who show disruptive behavior and who protest against school and schoolwork are perceived as “cool”, giving them a certain power which they use to harass docile students who do well in school. Richard (2003) says that it is not “cool” to be perceived by one’s peers as someone who works hard. In many secondary schools, good marks are for “sucks”, especially if this involves studying and completing school assignments. Excerpt from a speech given by Jean (2003) explained that only the myth of getting good marks without having to study makes one popular because it is considered “brilliant” by one’s peers.
Negative peer pressure can cause many boys to maintain and develop negative attitudes and behaviors toward school and school work. While boys who have positive attitudes toward school are often the targets of such comments.
Peer pressure can be very strong and help limit possibilities for many boys by influencing the courses they choose, their behavior and their academic performance. Schools that are unsuccessful in creating a favorable atmosphere and positive social pressure among their students will have a great deal of difficulty mobilizing male students who are at risk of failure from the outset. If the school enters into competition with the peer group by promoting academic success, it is far from certain that it will win the contest (B. Lingard et al : 2002)

4. Conclusion
Based on the research result presented here, it can conclude that achievement between boys and girls are different in money aspect. Boys’ achievement were low than girls. In this case boys were majority faced problem in academic delay. Secondly, in learning language boys’ achievement were low than girls. Beside that the graduation rates majoring handled by girls than boys.
Research data also show that socioeconomic background is an important risk factor, especially for boys. Academic difficulties affect boys from disadvantaged environments in particular.
It also can conclude that some behaviors or attitudes toward school and studies might have an influence on academic performance. Behaviors and attitudes that are more conducive to students’ academic success and their staying in school appear to be more prevalent among girls than boys.
Peer pressure may also be an important factor to take into consideration. It appears that schools could use this factor to create pressure that is conducive to success. Certain students seek to impose on others their negative image of academic success by often relying on traditional social expectations of their own gender.




References
Boys’ Academic Achievement: Putting the Findings into Perspective. Summary
Report. 2004. www. Meq.gouv.gc.ca/publications/ menu- rapports.htm
Becky. F. 2000. Boys, Girls, and Achievement : Addressing the Classroom
Issues. London, New York.
Lingard . B. et all. 2002. Addressing the Educational Needs of Boys. University
of Queensland, University f Murdoch, university of Melbourne. Australia
Organization for Economic Cooperation and Development. Education at a
Glance. OECD Indicators-2003 Edition, 148.
Ofsted. 2003. Boys’ Achievement in Secondary Schools. www. Ofsted.gov. UK
Quebec. 1999. Improving Boys’ and Girls’ Academic Achievement .
Gouvernement du Quebec.

DESTINASI PELANCONGAN SENTOSA ISLAND DI SINGAPURA

Sentosa adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah selatan Singapura dan sangat popular di antara orang-orang Singapura dan juga para pelawat dari seluruh dunia. Sentosa tidak hanya sebuah pusat hiburan, ia juga merupakan sebahagian dari sejarah singapura. Tempat itu dikenal sebagai Fort Siloso. Tempat itu digunakan oleh orang-orang Inggeris untuk mempertahankan Singapura yang terkenal sebagai benteng pertahanan.
Sentosa sebuah taman wisata, pelancongan tropika, hutan simpan, dan pusat bagi semua budaya bergabung menjadi satu. Jaraknya hanya beberapa minit dari kota melalui kereta kabel, feri atau jalan darat. Pulau pelancongan Singapura ini merupakan permata rekreasi seluas 390 hektar dengan kaleidoskop pertunjukan dan aktiviti. Dahulu ia merupakan desa nelayan yang diubah menjadi markas tentara Inggeris, Sentosa kini telah bertukar menjadi resor pulau yang ideal di tahun 1972.
Apabila menjejakkan kaki di pulau ini, kita akan dapat menikmati pelbagai bentuk hiburan dan pertunjukkan menarik di sini - dengan acara budaya yang meriah siang dan malam, kerimbunan hijau siap untuk dijelajahi, kebun-kebun cantik, pancaran air menari serta dua lapangan golf ”18-hole” berkelas internasional dengan pemandangan laut yang indah.


Para pecinta pantai pasti suka dengan aneka permainan dan sukan air yang tersedia di sepanjang pantai 3,2 km ini, terbentang dari Siloso, Palawan hingga ke Tanjong. Antara aktiviti-aktiviti ini adalah bersepeda, kano, berkuda atau in-line skating, atau sekedar bersantai di pub tepi pantai. Saat akhir pekan, pub-pub di tepi pantai ini akan semakin meriah dengan para peminat voli pantai. Mereka beramai-ramai datang ke Siloso Beach untuk permainan kegemaran mereka.
Dalam beberapa tahun belakangan, Sentosa juga semakin terkenal di dunia internasional kerana berhasil mengadakan acara-acara yang berkesan di Singapura, seperti Sentosa Sandsation iaitu acara ukir pasir internasional, pesta busa, Black Moon Foam Parties, Zouk Out Dance Festival dan Pesta Akhir Tahun khas Sentosa
Keindahan alam ada di mana-mana di Sentosa. Ada Banyak tempat yang mesti kita kunjungi. Disana kita akan dapat melihat burung-burung merak, kera dan tupai yang ramah, atau hanya sekedar berjalan-jalan di Nature Walk/Dragon Trail melalui hutan tropika sekunder lalu berhenti di lokasi foto di puncak Mount Imbiah untuk menikmati pemandangan pulau-pulau sekitar.
Untuk berjumpa langsung dengan ciptaan alam, ada beberapa tempat menarik dan indah yang mesti kita lawati, iaitu Underwater World dan Dolphin Lagoon. Di tempat ini kita dapat menemui si lumba-lumba merah muda yang lucu dan berbagai satwa laut menarik lainnya.

Butterfly Park dan Insect kingdom juga merupakan tempat yang banyak dikunjungi peminat. Selain itu ada juga satu tempat bersejarah yang mesti di lawati iaitu Fort Siloso. Dan tidak ketinggalan Merlion Park.

1. Underwater World Singapore
Underwater World Singapore yang terletak di Sentosa Island, Singapura, merupakan sebuah akuarium laut yang unik dan terkenal. Dengan lebih 2,500 hidupan laut daripada 250 spesies kawasan serantau, ia sangat popular di kalangan pelawat sebagai tempat santai yang memberikan pengalaman menghiburkan serta bermanfaat. Sejak dibuka pada tahun1991, lebih 20 juta pelawat telah terpesona dengan pameran yang diadakan.
Dengan matlamat untuk memberikan pengalaman unik yang menyeronokkan kepada setiap pelawat, Underwater World Singapore sentiasa aktif dalam memperbaharui produknya serta inovasi program.
Di Underwater World Singapore, ‘pengembaraan ke dasar laut’ bermula di gigi air cetek dengan kolam penyu dan ikan pari yang cetek. Seterusnya kita akan menemui terumbu karang pelbagai warna serta penghuni laut yang eksotik termasuk ikan malung, naga laut dan ubur-ubur, sebelum kita memulakan ‘pengembaraan’ dasar laut yang menakjubkan melalui travelator sepanjang 83 meter dengan terowong yang menempatkan ikan pari yang menakjubkan, jerung yang menggerunkan, serta lain-lain kumpulan ikan dan hidupan yang menghuni


dasar laut. Di penghujung terowong bawah air, jangan ketinggalan peluang keemasan untuk bertentang mata dengan dugong, Gracie.
Di underwater World Singapore kita juga dapat menyaksikan pameran bertema terkini di dewan pameran di aras satu. Tema masa kini adalah "Living Fossils" yang mempamerkan pelbagai hidupan marin dan air tawar yang unik dan menakjubkan, yang mana nenek moyang mereka muncul lebih beratus juta tahun dahulu. Underwater World Singapore komited dalam memelihara dan membiakkan kehidupan marin melalui penglibatan aktif dalam beberapa projek alam sekitar.
Lawatan sambil belajar dari sekolah-sekolah amat digalakkan dengan program-program pembelajaran seperti Semalaman di Lautan “Living in the Ocean Sleepover”, Bengkel Pengetahuan yang Menyeronokkan “Handson Educational Fun Workshops” dan Duta Laut “Ocean Ambassador” yang menggalakkan pembelajaran sambil berseronok dan memahami kehidupan dasar laut serta kerapuhannya. Selain itu, dampingi hidupan laut dengan menyertai program menyelam, atau manjakan diri kita melalui program Berenang Bersama Dolfin “Swim with the Dolphins” yang popular.
Sekiranya kita tercari-cari tempat eksklusif untuk mengadakan acara, Underwater World Singapore menawarkan ide makan minum yang menarik seperti “Makan Malam Bersama Jerung” (menjamu selera secara eksklusif di travelator), dan acara-acara bertemakan laut yang lain. Selain acara bertema, Underwater World Singapore juga dapat membantu menyediakan hidangan lazat dan menyelerakan.
Kawasan terbuka juga ada untuk acara luar di Dolphin Lagoon. Tidak kiralah sama ada ianya acara korporat, jamuan insentif, pelancaran produk, hari keluarga syarikat atau pun majlis perkahwinan, pilihan acara di Underwater World Singapore dan Dolphin Lagoon adalah pelbagai dan tidak terhad.

2. Dolphin Lagoon
Dolphin Lagoon di Underwater World Singapore, memberikan peluang keemasan untuk berjumpa ikan dolfin Indo-PacificHumpback comel yang lebih dikenali sebagai dolfin merah jambu. Dolphin Lagoon dibina dengan teliti untuk menyediakan persekitaran semula jadi yang sama dengan habitat semula jadi dolfin.
Comel dan cantik, dolfin merah jambu ini suka bertemu kawan baru. Pelawat boleh melihatnya dengan dekat dan pasti terpegun dengan persembahan hariannya yang menarik dalam sesi “Bertemu Dolfin (Meet-the-Dolphins)”. Sesi bertemu Dolfin dari Isnin hingga Jumat pada pukul 11am, sesi latihan dengan komentar dalam bahasa Inggeris, 1.30pm, 3.30pm, 5.30pm dan begitu juga dengan hari Sabtu, Ahad dan Cuti Umum. Sesi bertemu Dolfin dapat berubah bila-bila masa bergantung kepada cuaca. Sementara itu, masa memberi makan Underwater world Singapore ialah setiap hari.
Underwater World Singapore bermatlamat untuk meningkatkan kesedaran dan kefahaman tentang dolfin dalam mempromosikan perlindungan dan pemeliharaan haiwan marin yang bijak dan semakin pupus ini.

3. Waktu Beroperasi dan Caj Masuk
Waktu Beroperasi Underwater World Singapore 9 pagi hingga 9 malam setiap hari. Kemasukan akhir pada 8.30 malam. Dolphin Lagoon 10.30 pagi hingga 6 petang setiap hari. Kemasukan akhir pada 5.30 petang. Kadar bagi kemasukan di Underwater World Singapore dan DolphinLagoon. Dewasa: S$19.50 Kanak-kanak: 3 – 12 tahun: S$12.50 Kanak-kanak bawah 3 tahun: Percuma

4. Pakej Nilai
Pakej Submarine memberikan nilai untuk wang para pelawat bagi mereka yang tidak puas dengan sekali lawatan ke Underwater World Singapore. Setiap pakej membolehkan 2 kali masuk ke Underwater World dan Dolphin Lagoon (tempoh sah dalam jangka masa satu tahun), serta pelbagai faedah dan keistimewaan seperti F&B dan diskaun program. Under Waterworld Singapore mempunyai 3 jenis Pakej Nilai Submarine bagi orang dewasa, kanak-kanak atau keluarga. Pakejnya ialah Pakej Solo Submarine - S$29 kad sah untuk 2 kali masuk bagi orang dewasa. Pakej Mini Submarine - S$19 kad sah untuk 2 kali masuk bagi kanak-kanak. Pakej Jumbo Submarine - S$75 kad sah untuk 2 kali masuk bagi 2 orang dewasa dan seorang kanak-kanak.
Adapun faedah kad Submarine ialah kemasukan 2 kali ke Underwater World dan Dolphin Lagoon dalam jangka masa satu tahun dari tarikh pembelian. Diskaun 10% tempat makan di Underwater World Singapore dan Dolphin Lagoon dan kedai cenderamata dengan pembelian minima $10 dalam satu resit. Premium Underwater World Khas. Bagi undangan pelawat yang turut serta: 5 baucar diskaun bagi potongan 15% untuk kadar kemasukan. Tawaran istimewa Program Renang dan Selam

5. Panduan Perjalanan
Dari Singapura untuk sampai ke Pulau Sentosa, kita boleh menggunakan beberapa jenis pengangkutan antara lain melalui Kereta Kabel, kita boleh menaiki kereta kabel dari Mount Faber atau Cable Car Towers di Harbour Front Centre mulai 8.30am-9pm setiap hari. Melalui bas-bas Sentosa kita turun di stesen MRT Harbour Front dan naik bas Sentosa dari Terminal Bas Pusat Harbour Front.
Tiket masuk Sentosa dan tambang bas pulau yang dibayar berasingan boleh dibeli di Visitor Arrival Centre (VAC). Melalui Teksi, ianya boleh membawa kita terus ke Sentosa – Underwater World Singapore. Sila beritahu pemandu teksi untuk memandu ke arah Shangri-La Rasa Sentosa Resort. Underwater World Singapore terletak bersebelahan. Tiket masuk ke pulau yang dibayar berasingan terpakai untuk setiap penumpang teksi.
Di bahagian atas tiket masuk ke pulau terpakai untuk semua penumpang. Sentosa juga mengenakan caj masuk kenderaan yang biasa. Tempat letak kereta terdapat di kawasan letak kereta yang ditetapkan di pulau.
Di Kawasan Sentosa untuk ke Underwater World Singapore (UWS) perkhidmatan bas laluan Biru dari Visitor Arrival Centre yang mana anggaran frekuensi 10 minit. Perkhidmatan bas laluan Merah dari Dolphin Lagoon. Untuk ke Dolphin Lagoon (DL) perkhidmatan bas laluan Kuning dari Visitor Arrival Centre (anggaran frekuensi 10-15 minit). Perkhidmatan bas laluan Merah dari Underwater World Singapore. Semua pengangkutan di kawasan pulau disediakan percuma.

6. Kedai Cenderamata & Cafe
Ingatan manis daripada kedai cenderamata istimewa Underwater World Singapore mengabadikan pengalaman kita yang sukar dilupakan di Underwater World Singapore dan Dolphin Lagoon. Terdapat dua kedai cenderamata, satu terletak di Underwater World Singapore dan satu lagi di Dolphin Lagoon.
Di Kedai Cenderamata Underwater World Singapore, kita dapat membeli hadiah- hadiah menarik untuk memenuhi cita rasa semua peringkat umur seperti beg galas bermotifkan binatang, cawan, baju T-shirt dengan rekaan eksklusif, anak patung hinggalah buku panduan hidupan laut yang penuh pengetahuan.
Di Dolphin Cove, para penggemar dolfin berpeluang mendapatkan pelbagai cenderamata dolfin merah jambu eksklusif seperti rantai kunci, anak patung dan juga coklat dolfin merah jambu kami yang eksklusif
Dolphin Café terletak di sebelah pintu masuk Dolphin Lagoon, Dolphin Café sangat ideal untuk mereka yang inginkan hidangan segera bila-bila masa. Menu popular termasuk Ikan dan Kentang, Berger Ayam, minuman ringan, Hotdog, Naget Ayam, Chicken Chop, Kepak Ayam, minuman smoothie dan jus buah-buahan.
Untuk para pengunjung yang ingin menikmati hidangan lengkap selepas mengunjungi Underwater World, Palm’s Café menawarkan hidangan ala alfresco dengan pemandangan yang indah. Pengunjung juga dapat menikmati hembusan angin laut sambil menjamu selera dengan pelbagai hidangan tempatan dan antarabangsa di café ini. Palm’s Café terletak selepas pintu keluar Underwater World Singapore.
Cool Stop menawarkan pengunjung Underwater World pelbagai jenis makanan ringan serta desert tempatan yang lazat seperti Ais Kacang iaitu desert tempatan dengan ais hancur diliputi sirap pelbagai warna dan bahan lain termasuk kacang merah dan jeli, yang pasti membawa kesegaran semasa kunjungan kita ke Sentosa.
Kiosk Roti Mama terletak di belakang perhentian bas di hadapan Underwater World Singapore. Ban kopi (ban café latte/cappuccino) yang disediakan merupakan snek yang sesuai untuk penggemar kopi dan menawarkan cara unik untuk menikmati kopi. walaupun masih belum lapar namun pengunjung pasti ingin mencuba jika terhidu baunya yang lazat.

7. Butterfly Park dan Insect Kingdom
Di Butterfly Park dan Insect Kingdom para pelawat boleh melihat satu dari koleksi serangga terbesar di dunia dan menyaksikan lebih dari 2,500 kupu-kupu dari 50 spesies lebih, serta serangga aneh lainnya seperti serangga berwajah manusia, serangga batang, lipan raksasa, kalajengking, dan kumbang badak

8. Fort Siloso
Dibangun di tahun 1880-an, Fort Siloso berfungsi sebagai benteng terakhir pasukan Inggeris di saat penaklukan Jepun ke atas Singapura. Selain itu ada lokasi bersejarah lainnya di Mt. Imbiah, dengan sisa-sisa peninggalan meriam yang ada. Pelawat boleh mengenali zaman perang di Singapura, dengan budaya yang penuh warna dan warisan sejarahnya yang marak di Images of Singapore. Di bangunan tiga bahagian ini, kisah-kisah itu diceritakan ulang melalui patung-patung, animatronik serta efek-efek khusus .

9. Merlion Park
Tegak berdiri setinggi 37 meter adalah The Merlion, ikon pariwisata Singapura berupa setengah singa dan setengah ikan, yang menampilkan pemandangan dari seantero Sentosa, gedung-gedung pencakar langit kota Singapura, serta pulau-pulau sekitar.
Pengunjung boleh menikmati pemandangan memukau ini dari dua lokasi iaitu satu di paras 9 di mulut sang Singa dan satu lagi di puncaknya yaitu di paras 12, dari mahkota Merlion dengan pemandangan 360 derajat yang menakjubkan.
Jika kita suka naik secara vertikal, kita boleh coba Carlsberg Sky Tower yang dapat menampung sampai 72 orang dalam kabin nyaman berpendingin, untuk pengalaman menarik selama tujuh minit.

Ada banyak lagi tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di Sentosa Island, seperti, Cinemania, sebuah teater simulasi interaktif. Bagi seluruh keluarga, Sijori WonderGolf adalah taman golf miniatur luar ruang yang berorientasikan keluarga, dilengkapi dengan halangan rintang, lereng, terowong serta jebakan yang inovatif dan seru.
Sentosa menyediakan tempat yang menarik dan cocok bagi semua minat dan anggaran. Aneka pilihan fasilitas makanan dan minuman tersedia lengkap di pulau ini, dengan bas dan kereta api yang memberi akses mudah ke seluruh pulau. Datang dan kunjungilah Sentosa Island dan dapatkan pengalaman yang menarik dan berkesan.

PERBEZAAN MAKNA FRASA TANGKAP BASAH BAHASA MELAYU DENGAN BAHASA INDONSEIA

Pengenalan
Ramai orang berpendapat bahawa bahasa Melayu Malaysia terdapat banyak kesamaan dengan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan kerana kedua-dua bahasa ini berasal daripada bahasa Melayu. Namun pada kenyataannya kedua-dua bahasa ini tidaklah sama. Ada beberapa perbezaan dalam struktur, makna dan penulisannya. Misalnya saja, benda yang sama tetapi memiliki nama yang berbeza, ada juga kata yang sama tapi memiliki makna yang berbeza, dan kata yang mempunyai sedikit perbezaan ejaan atau bunyi.

Banyak kekeliruan dan kesalahfahaman yang muncul disebabkan oleh perbezaan makna kata.Tidak jarang pula kesalahan dalam berkomunikasi tercipta sehingga terkadang sering membuat pesan yang disampaikan oleh si penutur tidak sampai tujuan dan maksudnya. Tidak hanya itu sahaja, bahkan hal ini terkadang membuat si penutur akan berasa malu dan menjadi takut serta berusaha menghindari berbicara dengan mengunakan bahasa Melayu. Hal ini terjadi pada penulis pada saat pertama kalinya berkunjung ke Malaysia untuk bercuti. Dalam tulisan ini penulis akan berbagi pengalaman peribadi yang amat berkesan bagi penulis hingga kini ketika berkunjung ke Universiti Kebangsaan Malaysia di Bangi iaitu di pustaka dan makmal Fakulti Undang-Undang untuk pertama kali dan mungkin juga untuk yang terakhir kali, kerana hingga kini penulis tidak ingin dan tidak ada niat untuk berkunjung kesana lagi.

Adapun tujuan dari penulisan pengalaman peribadi ini adalah untuk menjelaskan perbezaan makna frasa tangkap basah bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Tulisan ini dimaksudkan agar apa-apa yang telah penulis alami dalam hal kekeliruan memilih dan menggunakan kata ataupun salah dalam memaknai sesuatu yang akhirnya menimbulkan perasaan malu tidak akan terjadi dan terulang lagi oleh pembaca pada masa hadapan. Kaedah dalam tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman berbahasa peribadi penulis sendiri.

Pembahasan
Pengalaman berbahasa yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini terjadi tepatnya pada Julai 2002. Pada saat itu adalah cuti semester perkuliahan di Indonesia. Saya merasa amat bahagia ketika itu kerana saya dibolehkan pergi untuk bercuti ke Malaysia sendiri sahaja oleh ibu bapa saya. Alasan mengapa saya meminta cuti ke Malaysia kepada ibu bapa saya pada saat itu, selain niat bersilaturahmi dengan saudara-mara di Malaysia, saya juga mengunjungi kakak saya yang sedang belajar di Universiti Kebangsaan Malaysia, Fakulti Undang-Undang.

Pada hari pertama berada di Malaysia, saya menginap di rumah saudara saya yang di Seremban. Selama dua hari berada di Seremban saya belum menjumpai kendala dalam berbicara dan berbahasa. Hal ini disebabkan kerana saudara saya menggunakan bahasa Indonesia campur Malaysia dan Minang ketika bercakap-cakap dengan saya.

Setelah puas berkeliling di Seremban selama dua hari, saya melanjutkan perjalanan ke Bangi untuk mengunjungi kakak yang sedang belajar di Fakulti Undang-Undang Universiti Kebangsaan Malaysia. Saya merasakan suasana yang berbeza dari sebelumnya. Berada di kawasan kampus saya merasakan suasana Melayu yang teramat sangat dan tidak jarang pula saya mendengar dialek melayu yang bermacam-macam dari masing-masing daerah di Malaysia. Banyak hal serta istilah yang baru yang saya lihat. Salah satunya ialah pada paparan awam (papan tanda, papan kenyataan, dan iklan di sepanjang jalan, bangunan fakulti dan tempat-tempat umum lainnya. Sebagai contoh iaitu ;”tandas untuk kaki tangan sahaja”, ”jalan sehala”, ”sila beratur”, dan lain-lain.

Setelah beberapa hari berada di persekitaran UKM saya mulai membiasakan diri untuk berkomunikasi dengan orang di persekitaran kampus hingga akhirnya terjadilah peristiwa yang sedikit memalukan. Peristiwa memalukan ini terjadi pada satu hari yang cerah di Fakulti Undang-Undang. Pada hari itu saya ikut kakak pergi ke Fakulti Undang-Undang, sementara ia belajar,saya menunggu di dalam pustaka. Selang beberapa jam duduk menunggu sambil membaca beberapa buku, saya mulai berasa bosan dan memaksa untuk berpindah tempat dan mencari suasana yang lain. Akhirnya pada saat itu saya memutuskan untuk menggunakan komputer dan melayari internet. Setelah beberapa jam saya melayari internet, tiba-tiba jaringan dari internet menjadi lambat. Pada awalnya saya mencoba untuk bersabar, namun kenyatannya setelah menunggu dua puluh lima minit saya tidak boleh menggunakan internet disebabkan jaringan internet sedang tidak bagus. Ketika saya hendak pergi keluar, seorang petugas penjaga pustaka , memanggil saya untuk datang kepadanya,dan saya pun langsung memenuhi permintaanya. Menjelang saya sampai ke hadapan petugas itu, saya langsung terfikir bahawa ia mesti tahu saya bukan pelajar FUU. Kenyatannya benar, dan saya ditodong dengan beberapa pertanyaan, dan akhirnya saya diminta untuk keluar dari pustaka.

Keesokan harinya, saya bertemu dengan saudara yang tinggal di Kuala Lumpur. Kerana baru pertama kalinya bertemu setelah kita besar, kami saling bercerita panjang lebar dengan berbagai macam topik sampai akhirnya saya menceritakan pengalaman yang baru saja saya alami kelmarin di pustaka FUU. Saya bercerita bahawa saya tertangkap basah oleh petugas pustaka di FUU. Alangkah terkejutnya saudara saya itu ketika mendengar cerita saya dan sebaliknya saya pun terkejut juga melihat reaksi mereka dan berulang kali meminta saya untuk menceritakan kejadian yang saya alami lebih jelas dan lengkap. Saya bertambah heiran lagi kerana akhirnya mereka tertawa. Setelah saya desak mereka untuk menjelaskan kenapa mereka terkejut dan tertawa, akhirnya mereka mahu menjelaskannya. Alangkah tambah terkejutnya saya mendengar penjelasan mereka apa itu makna tertangkap basah dan saya menjadi malu.

Pada asasnya tangkap basah merupakan frasa yang berasal dari pada dua kata iaitu tangkap dan basah. Erti frasa tangkap basah bila kita merujuk kepada kamus dewan ialah ditangkap ketika seseorang sedang melakukan kesalahan, khasnya dalam kes khalwat. Sementara itu frasa tangkap basah bila di Indonesia bermakna luas tidak hanya berkaitan dalam kes khalwat sahaja tapi juga perbuatan salah lainnya yang sederhana, misalnya seseorang budak kecil yang pada awalnya mengaku berpuasa tetapi belum lagi masuk masa berbuka ia didapati mengambil makanan dan minuman dari dalam peti sejuk. Hal ini boleh di katakan tertangkap basah. Contoh lainnya adalah seseorang penyeluk saku yang diketahui perbuatannya secara langsung oleh orang lain, maka ini dapat disebut penyeluk saku tadi tertangkap basah sedang melakukan aksi perbuatan jahatnya oleh orang lain.

Sudah amat jelas penekanan yang diterangkan dalam kamus dewan bahawa frasa tangkap basah ialah keadaan yang menunjukkan apabila seseorang ditangkap ketika sedang melakukan perbuatan khalwat. Ada dua makna daripada kata khalwat. Makna yang pertama ialah perihal atau perbuatan mengasingkan atau memencilkan diri kerana menenangkan fikiran, bertafakur dan lain-lain. Sementara itu makna kedua adalah pengasingan diri berdua-duaan ditempat yang terpencil atau tersembunyi oleh lelaki dan perempuan yang bukan muhrim dan bukan pula suami istri sehingga dapat dianggap sebagai suatu perbuatan yang sumbang.

Makna daripada kata khalwat ini tidak berbeza jauh dengan bahasa indonesia, bahkan boleh dikatakan sama yang mana berkhalwat adalah berada berdua-duaan dengan yang bukan muhrimnya dalam suasana dan situasi yang sepi dan tersembunyi. Perbuatan ini lebih sering disebut berzina atau bahasa pergaulannya adalah ”mojok”. Istilah ”mojok” berasal daripada kata ”pojok” yang ertinya ialah sudut, dengan kata lain makna pojok untuk hal ini adalah satu tempat yang sunyi, terpencil dan menyudut dan biasanya di jadikan untuk tempat berdua-duaan oleh lelaki dan perempuan yang bukan muhrim melakukan perbuatan yang sumbang dan di larang oleh agama. Hubungan istilah mojok dengan kata asas pojok adalah perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh yang bukan muhrim ditempat yang menyudut, sepi dan terpencil. Sementara itu, apabila mereka yang sedang ”mojok” ini diketahui oleh orang lain maka mereka dapat dikatakan tertangkap basah ataupun ditangkap basah.

Kesimpulan

Berdasarkan pada cerita pengalaman peribadi penulis dalam berbahasa dapat diambil beberapa kesimpulan iaitu benar adanya perbezaan antara bahasa Melayu Malaysia dengan bahasa Indonesia walaupun kedua-dua bahasa ini berasal daripada rumpun bahasa Melayu. Contoh yang jelas adalah dalam perbezaan makna kata , kerap kali perbezaan makna kata ini sering menimbulkan kekeliruan dalam berkomunikasi. Selain itu, penulis berharap selepas membaca tulisan ini, pembaca dapat mengambil pelajaran daripada kesalahan dan kekeliruan penulis dalam menggunakan dan memaknai sesuatu yang boleh mendatangkan keburukan atau menimbulkan perasaan malu tidak terjadi lagi pada pembaca pada masa yang akan datang.

American History X (Reactionnaire)

American History X is a film released in October 30, 1998. It is directed by Tony Kaye and written by David McKenna. The main star is Edward Norton and co-star is Edward Furlong. This film tells the story of Derek Vinyard (Norton), one of the leader of neo-Nazi gang.
When reformed neo-Nazi Derek Vinyard is released from prison after three years for the killing of two young black men, he finds that his brother Danny who is also the narrator of the story has embraced Derek's ways in his absence and has become an active white supremacist in the same group Derek led before his arrest. The film centers on Derek's struggle to sever ties with his racist past but keep his family together, intercut with scenes from Derek's life, showing how he got to the point he is currently at now.
The title of American History X is derived from an essay that Danny must write and report to his Principle, Dr Sweeney. The Principle forces him to write about the life of his brother, Derek Vinyard. Derek, an extremely bright and charismatic student, joins into the neo-Nazi gang after his father was killed by a black drug dealer. Since that moment his hatred appears and concludes that blacks are poverty stricken for a reason, and that they are holding back the white race and killing each other off due to what he came to believe was an innate unintelligence and lack of forethought. He becomes a second leader of the Venice Beach neo-Nazi gang and has many members.


My reactions to “American History X” are very mixed. After finished to watch this film I speak to my self I will never see this any more. But in another side I like the plot of the story. it has great messages about an attitude ,behavior, perception and the way of think of someone can change after he or she got value lesson in his/her life. For example, what was happened to Derek in prison gave him valuable experience.
One night, after Derek shot and killed two young black men, he is sentenced to three years in prison, charged with voluntary manslaughter. In prison, which Derek finds to his expectation predominantly black and Latino, he decides to join a group for protection. One day during the exercise period in the prison courtyard, he removes his shirt, revealing a massive, black swastika on his left pectoral. He shows off his impressive bench press to a group of men who are members of one of the prison's Aryan Brotherhood gang, and the next day at lunch they invite him over to discuss possible membership.
He flourishes in the gang for a while, but his strong belief system soon alienates some of the others; he witnesses one of the lead members perform a drug trade with a Mexican gang member, and he later openly criticizes him for doing so. After witnessing this act being performed again, he stops talking to the gang and sits alone in the cafeteria. When they see him leaving the gang, they jump him in the shower and brutally rape him. That gruff experience makes him disappointed and decided to not believe them any more.
Meanwhile, Derek makes the acquaintance of a black inmate named Lamont, with whom he works in the prison laundry room. At first, Derek is reluctant to put his beliefs aside and work with him, but when he sees the hypocrisy of the prison whites, he opens up. After the rape, he sees that Lamont is his only friend and abandons the gang.
What was happened to Derek during in prison realized him that he has wrong perception toward color peoples. What he thinks formerly about black prisoners is not true, in fact his life has been saved by a black man and forth he becomes his trusted friend. On the contrary, Derek gets brutal treatment from the white prisoners. This event changes Derek’s perspective about black people. When he came out from the prison he had and brough new attitude about harmony between races.
One scene that touches me deeply is when Derek starts to be open , put his belief and work together with a black man, Lamont, his partner in the prison laundry room. it seems very sweet and wonderful for me. A kindness and an openness of Lamont make Derek fell comfort and consider him a good friend. And make a friend each other . It means that there is a learning process during in prison.
Issues that appears in this film is it touches on such controversial topics as racism, affirmative action, illegal immigration, the continued existence of Neo-Nazi hate groups, and the reasons these groups are formed, within American society, the exploitation of vulnerable youth of all races by gangs, intra- and inter-racial violence and other topics that still split American society.
Personally, I tend to say that this film is much talk about racism. It shows us the reality of racism that is happened in USA. Racism refers to various belief systems maintaining that essential value of an individual person can be determined according to a perceived or ascribed racial category and that social discrimination by race is therefore justifiable (Wikipedia, free encyclopedia).

Besides,this film also touches a topic about affirmative action. In the United States Affirmative action is being hotly debated and contested. Affirmative action is a mechanism designed to represent the interest of candidates who fall with in the following categories: people of color, women, persons with disabilities, Vietnam Era Veterans, and disable veterans (B.D. Gist, personal communication (letter), July 17, 1995, University of South Carolina, Columbia, SC 29208).These groups are protected classes for which employers are allowed to take affirmative action to employ and advance in employment.
Another definition of Affirmative action (as cited in Joint Center for Political and Economic Studies, 1995) concluded that affirmative action is designed to increase the number of women, people color, and other protected groups in the work place, and to improve their status become of historical patterns of employment discrimination againts these group. Many whites strongly disagree with affirmative action because they do not want to be required to hire people of color.
These issues are showed in this film clearly. Derek and the members of his gang give brutal treatment to blacks and illegal immigrations in some scene. One night, they violently attack workers in a convenience store that Derek claims are border jumpers (illegal immigrants) who have taken the jobs of white Americans, who rightly deserve those positions in society. Whether this is true or not is not explained but there is no indication that these illegal immigrants have attacked white people and therefore this is an unprovoked attack. His hatred to black people becomes more after his father died and he also become more and more obsessed with white supremacy.

another issues that appears in this film are about the exploitation of vulnerable youth of all races by gangs and intra and inter racial violence. A tragic event was happened at school. The black gang leader at school shot Danny twice (Derek’s younger brother). Gang membership is not uncommon in high schools. Gangs exist not only in urban areas, but in rural and suburban areas as well. Further more, gang members can be found in all races, socioeconomic statuses, and genders. No groups are exempt (Huang and Oei ,1996 in Boutte, 1999). They also said that teens and preetens join gangs for a number of reasons. Adams (1995) as cited in Boutte (1999) notes that some teens join groups for a sense of identity and recognition. Others are intimidated into joining a gang. Still others join for protection, fellowship, brother hood, or money.
Regardless of the reasons for joining, gangs are generally unproductive in terms of societal norms. Gang members are likely to engange in criminal acts and drop out of school ( Boutte, 1999). She also adds that school must take preventative measures and work with families during the early childhood and elementary years in effort to help children find more positives ways of belonging than gang membership. Elementary and high schools should coordinate their efforts on this endeavor. Schools and families need to focus on teaching children independence and decision making skills.
The incidence of violence is increasing among the youth culture. Based on his research Adams (1995) reports that one of five students carry a weapon at sometime. Fifty-five percents of students have carried knives and razors, twenty-four percent, clubs, and twenty-one percent, guns. Educators and society must realize that efforts to prevent violence should begin early in life. Such effort benefit not only the children and families involved, but all of society. Violence affects everyone, hence educators all must work toward solving it. Schools must have consistent disciplinary practices in order to control violence.
From these story, we can conclude that the issues about race, ethnicity and gender is still become hot issues in America. It is important to have an open discussion of race, class and gender because people become more aware of what they and other think and feel. Teachers in multicultural classroom should know how to conduct the class. They should know how to connect with students, especially students from different cultural or racial background. How teachers connect with their students directly influence learning and classroom management. A teacher’s stage of racial identity is significant. Teachers who have little knowledge about how their own cultural, racial, class and gender lenses affect interpersonal relationships, will have greater difficulty connecting with students who backgrounds are dissimilar from theirs.
In the other hand, it is rare to find two people who hold the same view about impact of race, class and gender in the classroom. In addition to become more familiar and more comfortable with these issues, teachers feel less defensive and more proactive in their own and their students’live.



Refferences:
Banks. James A (2006). Cultural diversity and Education : Foundations,
Curriculum, and Teaching. Fifth Edition. Pearson Education, Inc.
Boutte, Gloria.(1999). Multicultural Education : Raising Consciousness,
Wadsworth Publising Company
Rassol, Joan A and A Cheryl Curtis (2000). Multicultural Education in Middle
and Secondary Classrooms: Meeting the Challenge of Diversity and
Change.Wadsworth.
http://en.wikipedia.org/wiki/American_History_X

Sinopsis Laskar Pelangi (the movie)

Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru luar biasa, Muslimah (Cut Mini Theo) dan Pak Harfan (Ikranegara), serta 9 orang murid yang menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar, sekolah akan ditutup.

Hari itu, Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Ke-10 murid yang kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah, menjalin kisah yang tak terlupakan.

Lima tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke-10 murid dengan keunikan dan keistimewaannya masing masing, berjuang untuk terus bisa sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk menyerah, Ikal (Zulfanny), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Verrys Yamarno) dengan bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.

Di tengah upaya untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kehilangan sosok yang mereka cintai. Sanggupkah mereka bertahan menghadapi cobaan demi cobaan?

Film ini dipenuhi kisah tentang tantangan kalangan pinggiran, dan kisah penuh haru tentang perjuangan hidup menggapai mimpi, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia, dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia.

Sunday, October 26, 2008

Nourishing Book

Rebecca of Sunnybrook Farm

Kate Douglas Wiggin

A mind of her Own

Rebecca is a girl with intelligence, spirit, and most of all, imagination. Even when she must leave her beloved home to live with her aunts, she tries to see the sad move as an adventure, with the chance to see the sad move as an adventure, with the chance to see more of the world.

But reality sets in quickly, and Rebecca must adjust to her new and difficult life. How she turns everyone into friends, and problems into victories, is a story that millions of readers have taken to their hearts.

Saturday, October 25, 2008

Here is a story of an angel

Dengan pengabdiannya pada suami dan anak2nya
Bukan berarti bahwa ini mengesahkan kita (wanita) harus di rumah saja
Namun, dimanapun kita berada
Dimanapun kita berdakwah
Jadilah kita bidadari dalam dakwah kita
Bagi yang sudah dapat postingan ini, buat reminder lagi :)
Have a nice cozy balmy day....


Bidadari Seorang Pendiri Pergerakan
Dipublikasi pada Rabu, 25 Agustus 2004 oleh aharis
Artikel ini telah dibaca 314 kali.
Topik: Muslimah

Muslimah Adalah Lathifah As Suri perempuan itu. Ia berdiri disamping
Imam Syahid Al Banna. Sejak awal Imam Syahid telah menegaskan bahwa
ia butuh seorang muslimah yang kokoh, yang tak lekang dan surut oleh
banyaknya halangan dan rintangan dalam berdakwah.

----------

Tidak mudah menjadi istri seorang Hasan Al Banna. Seseorang yang
setiap detik kehidupannya sarat dengan kegiatan dakwah. Di pagi buta
dia sudah bergegas untuk memulai berdakwah dan kembali pulang di
gelap malam. Bisa dipastikan ia adalah seorang muslimah sejati, yang
bisa mengisi kekosongan-kekosong an yang ditinggalkan oleh Imam
Syahid Al Banna.

Adalah Lathifah As Suri perempuan itu. Ia berdiri disamping Imam
Syahid Al Banna. Sejak awal Imam Syahid telah menegaskan bahwa ia
butuh seorang muslimah yang kokoh, yang tak lekang dan surut oleh
banyaknya halangan dan rintangan dalam berdakwah. Perjuangan Imam
Syahid bukanlah suatu hal yang main-main, bukan hanya sekedar dakwah
seperti kebanyakan orang waktu itu. Bukan hanya sekedar membangun
rumah kardus. Imam syahid tengah dan hendak membangun sebuah
peradaban. Dan ia percaya, peradaban tak akan pernah terwujud, tanpa
seseorang yang ia yakini kesejatiannya.

Maka siapapun itu-pendampingnya- harus menyadari bahwa dipundaknya
ada amanah yang sama besarnya dengan yang di emban oleh Imam Syahid.
Ada dimensi waktu dan kuasa kapital disitu. Maka pertemuan diyakini
menjadi suatu hal yang mahal bagi Imam Syahid dan istrinya.

Maka bagi Lathifah As Suri menjadi istri Hasan Al Banna menyimpan
begitu banyak geregap. Sejak awal pernikahan, Lathifah sudah
menyadari bahwa ia harus siap jika sewaktu-waktu dia harus menjalani
hidup sendiri tanpa seseorang, tempat berlabuh hidup dan cintanya.

Dakwah Ikhwah yang dipimpin oleh suaminya banyak meminta resiko yang
bukan main-main. Penjara bahkan nyawa menjadi konsekuensi logis, yang
sewaktu-waktu siap menyapanya.

Tanpa diminta, Lathifah sudah tahu dan mengerti bagaimana ia harus
menempatkan dirinya. Ia memutuskan menutup seluruh aktivitas luarnya.
Hanya satu yang ia curahkan, jihad utamanya adalah dilingkup rumahnya
sendiri. Mengurus rumah tangga dan membesarkan anak-anak mereka
berdua adalah dua hal yang tidak kalah pentingnya dengan yang
dilakukan oleh Hasan Al Banna.

Sebelum menikah dengan Hasan Al Banna, Lathifah berasal dari keluarga
yang taat beragama. Hingga tak heran jika ia menyadari betul tuntutan
hidup menjadi istri seorang dai.

Malam, ia harus rela untuk terbangun menyambut kepulangan suaminya.
Walau tak jarang Imam Syahid berlaku sangat hati-hati, bahkan hanya
untuk membuka pintu rumahnya sekalipun. Jauh dilubuk hatinya, Imam
Syahid tidak ingin mengganggu tidur bidadari terkasihnya yang telah
seharian mengurus rumah dan anak-anak mereka berdua. Imam Syahid
bahkan tak segan untuk menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri.

Lathifah tidak pernah mengeluh, walau sehari-harinya hanya ia
habiskan seputar rumah dan rumah saja. Ia tidak pernah menuntut lebih
kepada Imam Syahid. Padahal, Lathifah pun -berlepas diri dari ia
seorang istri Imam Syahid- menyimpan banyak potensi. Anak-anak mereka
yang berjumlah enam orang sesungguhnya adalah pencurahan
konsentrasinya menjalani hidup. Satu-satunya yang pernah membuat
dirinya gamang adalah, ketika salah satu anak mereka sakit keras dan
Imam Syahid harus tetap menjalankan jihadnya. Ia bertanya kepada
suaminya,"Bagaimana jika ia meninggal?". Imam Syahid hanya menarik
napas panjang, ia kemudian berujar "Kakeknya lebih tau bagaimana
mengurusnya. "

Sejak dini, Lathifah menanamkan wawasan keislaman kepada anak-
anaknya. Mendorong mereka untuk membaca, sehingga dalam hidupnya
mereka tidak terpengaruh dengan seruan-seruan destruktif. Ketika Imam
Syahid bolak-balik keluar penjara, Lathifah berusaha bersabar dan
komitmen.

Lathifah sangat menyadari peran dan kewajiban asasi seorang wanita
sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ia kosongkan waktunya untuk
mendidik anak2nya. Ia bahagia melihat anak-anaknya sukses dalam hal
akhlak dan amal. Ini tak mungkin terjadi jika seorang ibu sibuk di
luar rumah. Seorang anak tidak mungkin belajar tentang akhlak dan
amal dari orang selain ibunya.

Ketika Hasan Al-Banna syahid, anak-anaknya belumlah dewasa. Lathifah
tidak lantas menyerah. Tak ada kesah ataupun ketakutan dalam hatinya.
Ia sangat memelihara apa yang dikehendaki oleh mendiang suaminya. Ia
tetap berlaku didalam rumah. Lathifah tidahk meremehkan hudud
(batasan) yang Allah tentukan. Karenanya, tak heran diantara anak-
anaknya tidak ada ikhtilat (percampuran) antara anak-anaknya dan
sepupunya yang berlainan jenis.

Tidak ada yang berubah dirumah itu, apa yang Imam Syahid inginkan
berlaku dikeluarganya masih tetap di pegang teguh oleh Lathifah.
Sendirian, ia besarkan keenam anaknya. Dirumahnya kini ia mempunyai
tugas tambahan, yaitu memperdalam wawasan keislamannya. Yang dimaksud
dengan wawasan keislamannya adalah membaca Al-Quran dengan tafsirnya,
mempelajari Sunnah Rasulullah SAW, haditsnya dilanjutkan dengan usaha
kuat untuk menerapkannya. LAthifah juga masih menyempatkan diri
mempelajari sejarah para salafussalih dan berita seputar dunia Islam.
Lathifah menyadari menyepelekan masalah ini akan memunculkan
persoalan serius. Seorang yang tidak menambah pengetahuan
keislamannya, akan merasa sulit untuk bangga dengan keagungan dan
kebesaran Islam. Dengan melalui pemahaman keislaman yang baik,
seorang wanita akan menyadari betapa penting perannya terhadap
keluarga dan masyarakat.

Perjuangan Lathifah membuahkan hasil yang gemilang. Semua anaknya
sukses meraih predikat formal dalam pendidikan ilmiah. Yang sulung,
bernama Wafa-menjadi istri Dr.Said Ramadhan. Kedua Ahmad Saiful
Islam, kini sebagai sekjen advokat di Mesir. Ia juga pernah duduk di
parlemen. Ketiga bernama Tsana, kini sebagai dosen di Universitas
Kairo. Kelima Roja, kini menjadi dokter. Dan Halah sebagai dosen
kedokteran anak di Universitas Azhar. Dan terakhir, Istisyhad sebagai
doktor ekonomi Islam. Semuanya itu sebagai bukti, betapa berartinya
sosok Ibu bagi keberhasilan dakwah sang suami. Selain juga untuk anak-
anaknya, tentu.

************ ********* *

Sekedar info tambahan:

Hasan Al Banna syahid diusianya yang masih muda, sekitar 40 tahunan.
Setelah seberondong timah panas ditembakkan oleh musuh-musuh Islam di
sebuah jalan di Kairo.

Sebenarnya Hasan Al Banna masih bisa diselamatkan, tapi karena
konspirasi politik para musuh Islam yang dipimpin oleh sang
pengkhianat la'natullah Gamal Abden Naser, membuat tubuh Hasan Al
Banna yang sedang sekarat dibiarkan tak berdaya, tanpa bantuan dari
siapapun juga, termasuk dokter-dokter di Rumah Sakit.

Akhirnya sang pendiri Ikhwanul Muslimun itu pun syahid menemui
kekasih tercintanya, Rabbnya.

Musuh-musuh Islam pun banyak yang tertawa dan berpesta dengan
syahidnya sang Imam, tapi sesungguhnya Hasan Al Banna tidak pernah
pergi meninggalkan pengikutnya.

Allah terlalu mencintai hamba-Nya yang satu ini, sehingga
memanggilnya terlebih dahulu.

Hal yang memilukan adalah, meskipun Ikhwanul Muslimun mempunyai
puluhan ribu pengikut, tapi tak seorangpun yang diijinkan untuk
mensholati jenazah beliau, kecuali ayahnya yang sudah udzur, saudara
perempuan dan istrinya.

MUNGKI RAHADIAN
International Master of Business Administration
College of Management
National Cheng Kung University
Tainan, Taiwan ROC.

Language and Gender

LANGUAGE AND GENDER

Introduction
We know that one of the crucial factors in our construction of the world is language. We agree that this language is human creation. But in case of the sociolinguistics’ problems is about the language and gender. People generally, have assumed that sex and gender are about in the same circumstance. But I have a reason why I choose ‘language and gender’ rather than ‘language and sex as a title in my essay. It is to say or indicate that there is a slight different available between sex and gender. In this case sex is refers to biological determinant, whereas the word gender refers to social cultural dimension, namely male and female persons.

In this occasion, I will attempt to shed some issue in sociolinguistics that has been close affinity between language and gender. More specifically, a question germane to our discussion is, “why does women’s speech differ from men’s speech?” in other words, I will be concerned with some factors that induce women to use standard language more often than man do, thus appearing more linguistically polite.

In order to attempt an answer to this question, we should know the characteristic of human speech first. There are some characteristics of human speech. Let us have a look at some examples:
Characteristics Man Woman
Culturally Superior/high status Inferior/low status
Biologically/genetic Stronger Weak
Way of thinking Logic Un-logic/emotional
In speech Low pitch speaking voice High pitch speaking voice
Socially Use tag questions
Use more standard language/polite


Women’s Language and Men’s Language
Though men and women technically speak the same language, some scholars have concluded that men and women use language and converse differently. There are socialized conceptions of how women and men speak differently as well as how person of different cultures express themselves.

According to Lakoff (1975), women and men speak English in several different ways. She suggests that women’s language more frequent use emotionally intensive adverbs such as, “so”, “terribly”, “awfully”, and “quite”. Similarly, Eakins and Eakins (1978) observed that men and women use different vocabulary. They suggest that women’s language is more punctuated with adjectives and adverbs that “connote triviality or un important such as, ‘sweet’, ‘dreadful’, ‘precious’, and ‘darling’. Soskin and John (1963), after observing the talks between a couple over a certain period time, found that wives produce significantly more expressive statement such as ‘ouch’ or ‘darn’, whereas husbands use more directive and informative statements.

According to Stordtbeek and Mann’s investigations (1965) about male and female communication behavior in mock jury deliberations, female were found to give significantly more positive reaction than males. Males used more aggressive language than females. Above all, men were found to originate significantly more speech acts than women. Furthermore, men “proact” by directing speeches at solving problem while women “react” to the contribution of others, agreeing, understanding, and supporting. In a similar vein, Kaplan and Ferrel (1994) observe that women’s message are quite short and their participation is driven by their desire to keep the conversation going than the desire to achieve consensus on some issue. These findings are also supported by the work of Aries (1976) and Leet Peregrini (1980) as cited in Tannen (1990). Tannen categorizes women’s talk as ‘interpendent’ and ‘cooperative’, whereas male conversational patterns express ‘interpendence’ and assertion of vertically hierarchical power.

Hearing (1993), in her discourse analysis of a CMC bulletin board, distinguishes the different characteristics of woman’s language and men’s language. Features of woman’s language include “attenuated assertions, apologies, questions, personal orientation and support”, whereas some features of men’s language are “strong assertions, self-promotions, rhetorical questions, authoritative orientation, challenges and humor’. Similar results have been found in other cross-gender studies. Investigators find that females ask more questions, and make more apologies.

According to Penelope’s descriptions, women’s sentences tend to be longer than men’s. For example, a woman might say, “if it’s okay with you, I think I’ll stop by the bowling alley later tonight.” However, a man would probably just say, “ I’m going bowling”. Similarly, women often attach tag-questions to the statements on order to lessen the forece of assertion and to ask the listener for approval. Thus a woman might say, “That was a good dinner, wasn’t it?” whereas a man would say, “That was a good dinner”. Similarly Lakoff believes is more widely used by women is the tag-questions. As Fasold (1990) in Dimitros (1998) comments, “greater use of this form by women could mean that women, more often than men, are presenting themselves as unsure of their opinion and thereby as not really having opinions that count very much.” In connection with word choice, women use more modals, (such as could, might, and would) than men do; these modals convey a degree of uncertainty.

Women also seem to use more hedges ( for instance, ‘sort of,’ kind of,’ and ‘you know’), which suggest that the speaker is unsure about her statement. And with regard to sound, women hesitate or pause frequently than men. In addition, women use rising intonation (the rising pitch usually used in asking a question) when making statements. All of the characteristics show a lack of assertiveness in women’s speech; moreover, these tendencies also allow men to control the conversation


Women Use More Standard Language
There are some factors that induce women to use standard language more often than men do, thus appearing more linguistically polite. How society treats women induce women to use standard language more often than men do. People are more tolerant of boy’s behavior than girl. For example, people are tolerant of boy’s behavior, while little girls’ misconduct is very often frowned upon and punished on the spot.

According to Holmes (1992) cited in Dimitrios (1998), “women are designated the role of modeling correct behavior in the community”. In view of this, women are expected to speak more correctly or women tend to hypercorrect than men. However this agreement is not always true, for instance; an interaction between mother and her child or husband and wife usually use informal form or colloquial, word or style suitable for normal or daily conversation.

By using standard or polite forms, a women is trying to protect her face (a term often used in sociolinguistics to denote a person’s needs and wants in relation to others). In other words, a women claims more status in society. Her greater use standard forms may also imply that she does not attend to solely to her face needs but also to those of people she is interacting with, thus avoiding disagreement and seeking agreement and rapport.

An American study revealed that women in paid employment use more standard language than those working in the home. This stands to reason as the first group (employed women) spent most of their time talking to people they were unfamiliar with, while the second group (unemployed women) interacted with members of their own families. Obviously, this evidence throws some doubt on the contention that women are more formal with a view to achieving high social status or appearing smart and polite.

We know that the world-view women are seen as deviant and imperfect. All of the words which have relation to women were noticed as something that has negative connotations. For example is the pair of spinster-bachelor. Both designated unmarried adults, but the females term has negative overtones to it. And another example, the bias or negative connotations to our associations of man versus woman. No insult is implied if you call a woman and old man. It will be insult if you call a man and an old woman. But in another situation, it can be happened because of the word woman does not share equal status with man, so the terms referring to woman have undergone pejoration.

Conclusion
We may well wonder why men and women should have divergent forms of speech that are strikingly different in some languages. A reasonable explanation is that women enter into and maintain social networks that are different from men’s probably because they are also apt to create more stable and less competitive environments. This may provide women with the sense of security that makes innovation possible.

Indahnya Kebersamaan

Jumat Sore menjelang Magrib 24 Okt 2008

Sore itu, ponakan-ponakan ku Adly, Raisya, dan Azri terlihat lemes dari bangun tidur siang mereka. Mama, baru sampe, balik dari kantor merasa kasihan dengan mereka, pasti dech mereka bosan main seharian dirumah, udh gitu si Azri yg kecil ditinggal cukup lama oleh bundanya karena g pulang waktu istirahat jumatan (biasanya istirahat siang pulang bentar tuk nyusuin azri, sibuk kali di kantornya?).
Akhirya mama ngajak cucu-cucunya jalan-jalan sore skalian jemput kakak ipar ke tempat pengajian (yg jadi driver abang). Kebetulan skali sore itu ada tante (dipanggil nenek boss oleh ketiga ponakan ku, karena suaminya emang Dirut) dan anak laki2 nya yg bungsu, spupuku main ke rumah. Walhasil kita keluar jalan-jalan panic di sore hari satu rombongan.

Selama perjalanan menuju tempat pengajian kakak ipar, bocah-bocah ini terlihat gembira dan menikmati jalan-jalan sorenya. Setelah itu, mama menawarkan beli roti di Bread Boutique, karena lokasinya dekat dari tempat kakak ipar ngaji. Wow, roti Bread Boutique! Emang itu yg aku inginkan dari kemaren-kemaren. “Pucuk di Cinta Ulam pun Tiba”.Akhirnya terwujud juga keinginan tuk makan roti. Memang Kesabaran yang ikhlas pasti berbuah manis…Thank you Allah.

Ada satu hal yang menjadi moment menarik di Bread Boutique, kebetulan banget sore itu ada mas Bondan “Mak Nyosss” hadir untuk shooting program acara Wisata Kuliner Trans TV and icip-icip menu khas di Resto Bread boutique (level.2). Tapi disayangkan banget , kemaren itu mas Bondan “mak nyoss” kurang ramah ketika di sapa. Seingat ku pengunjung di BB level 1(bagian roti), hanya keluarga besarku aja. Ehmm sudahlah itu g begitu Penting! Mungkin dia lagi capek or buru2 mo langsung balik k JKT trus ngejar boarding Time ke Bandara….

Yang Penting….Thank You Allah for today atas semua kebaikan yang telah Engkau berikan kepada ku dan Keluarga besarku. Kebersamaan sore ini, semakin mengikat ke akraban kekerabatan kami satu sama lain. InsyaAllah begitulah seterusnya….Amin.