Friday, August 28, 2009

Serial: Benih Cinta dan Kasih Sayang

Preface: Islam Agama Kasih Sayang
Oleh: Marina Lidya, M.Pd

“Islam Agama Kasih Sayang” artikel oleh Marina Lidya (2001) menjelaskan kepada kita bahwa tidak dapat disangkal lagi, bahwa masyarakat yang dicita-citakan oleh ajaran islam, adalah masyarakat yang hidup berdasarkan ikatan batin yang kuat, disertai rasa kasih sayang, saling memberi dan menolong antara satu dengan lainnya. Rasulullah Saw bersabda:
“ Perumpamaan orang-orang beriman yang saling cinta, tolong-menolong, dan kasih sayang diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh. Bila salah satu bagian dari tubuh itu merasa sakit maka seluruh tubuh akan merasakannya pula….”

Rasa kasih sayang dan mencintai pada diri seorang manusia akan mempengaruhi secara significant level keimanannya seperti yang tercermin dalam sabda Rasulullah berikut ini:
“Tidak beriman salah seorang dari kalian, hingga ia mencinatai saudaranya seperti mencintai dirinya sendirinya”.

Dalam artikel ini penulis mencoba menekankan pada dua hasil yang paling menonjol dari telah hadirnya rasa kasih sayang dan mencintai pada diri seorang muslim, yaitu tumbuhnya rasa empati dan bahagia melayani. Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan beradapatasi dengan kondisi batiniah orang lain. Empati social telah dipatrikan pada jiwa agung Rasulullah Saw, sebagaimana firman Allah Swt:
“Sesungguhnya telah dating kepada kamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat meinginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS.At Taubah: 128)

Bahagia melayani merupakan bagian dari citra diri seorang muslim, mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidaklah terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungannya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya itu adalah, mereka menunjukkan sikap untuk senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain dan merasa terpanggil atau ada semacam ketukan yang sangat keras dari lubuk hatinya untuk melayani. Maksudnya dia merasa menjadi manusia bila mampu memberi dan bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah: “sebaik-baik manusia ialah yang paling berguna bagi orang lain”.

Pendidikan tentang kasih sayang yang diajarkan Rasulullah bukan hanya konsep belaka, namun telah terbukti dan teruji dalam tataran praktek. Kisah Umar bin Khatab dan Abu Bakar membawa kita pada bukti nyata hasil dari pendidikan baginda Rasul. Kisah ini adalah sebagian dari kisah teladan yang bertemakan empati dan bahagia melayani.

Dikisahkan Umar mengangkut sendiri karung gandum untuk diberikan kepada seorang ibu yang anaknya kelaparan(diriwayatkan bahwa ibu tersebut memasak batu untuk menghibur anaknya). Begitu pula dengan Abu Bakar yang membantu memerah susu kambing, walaupun ia sudah menduduki jabatan sebagai khalifah.

Betapa islam sangat mengutamakan kasih sayang. Mudah-mudahan Allah Swt menumbuh suburkan rasa kasih sayang sesama kita, tentu saja kasih sayang berdasarkan kepada kebersihan niat dan pengharapan yang terus di kembangkan terhadap ridho-Nya, sehingga pada saat nanti terbentuklah masyarakat yang kokoh yakni suatu masyarakat yang berdiri diatas pilar-pilar rasa kecintaan, solidaritas, partisipasi, dan keadilan. Seperti yang pernah Rasulullah bangun di Madinah yang disebut sebagai masyarakat madani (civilized society/masyarakat beradab) yang telah menjadi trend pembicaraan masa kini dan menjadi obsesi bangsa-bangsa di dunia. Wallahu a’lambishowwab.

Reviewed article by:
Melvina Amir

No comments: